Expired Girl Expired Money

daun kecil
Chapter #21

SECANTIK LUSI

SETELAH Parmin pulang banyak warga desa yang menjenguk untuk memberikan motivasi dan semangat agar ia tak mencoba bunuh diri lagi. Berita tentang aksi bunuh diri Parmin menjadi berita paling buming di desa, tidak lupa aksi patriotik Mas Pur menjadi buah bibir. Bahkan muncul gosip bahwa Mas Pur adalah kekasih Hani, ada pula kabar yang melebih-lebihkan bahwa calon menantu Bu Romlah adalah seorang dokter yang bisa ngasih napas buatan.

Karena transaksi jual beli uang kuno dengan Pak Sindung sudah selesai, Hani berniat ke rumah Suryati untuk membicara-kannya. Sebenarnya ia ingin berbicara kepada Suryati sejak beberapa hari lalu, namun karena rumah keluarga Mbok Jah masih ramai gadis itu menunda rencananya.

“Bagaimana kabar Parmin?”

“Baik mbak, aku dan Mbok Nem gantian menjaganya, takut ia mencoba bunuh diri lagi.” Jawab Suryati yang duduk di samping Hani. Mereka duduk bersama di depan teras rumah Mbok Jah. “Semoga Parmin nggak stres kayak Emak. Sejak Lita pergi Parmin jadi tidak karu-karuan.”

“Kenapa nggak ditelfon saja? Biar bisa diajak pulang lagi Mbak Lita.”

“Ditelfon pakai apa, wong punya telepon saja tidak.”

“Uangmu sekarang bisa buat beli HP untuk Parmin. Uang kadaluarsamu sudah banyak yang terjual Ti. Kau sekarang jadi orang kaya.”

“Emang laku berapa mbak? ”

Hani pun membisikkan jumlah uang yang sekarang ada di rekening Suryati. Ia terkejut dan tak percaya. Hani harus meya-kinkannya berkali-kali. Anak Bu Romlah itu juga membahas mengenai komisi bagiannya, Hani mengambil komisi sebesar 10%. Sebenarnya bisa saja Hani mengambil lebih. Mengingat jumlah uang yang sangat banyak. Namun setelah merenung seharian ia tak ingin menjadi tamak, bagaimana pun koin-koin kuno yang laku itu adalah milik Suryati. Walau Suryati adalah perempuan lugu yang jelas sangat gampang ditipu, tak tega Hani melakukannya, walau sempat terlintas untuk melakukan-nya. Gadis itu percaya bahwa semua yang ditanam akan dituai kemudian hari. Saat Hani menyerahkan sisa uang kuno yang tidak terjual, Suryati memberikannya pada Hani. Ia ingin tetang-ganya yang menyimpan, siapa tahu ada yang laku suatu saat nanti.

“Ti besok kuajak kau ke bank, untuk ambil uang. Nanti aku ajari caranya. Lalu kuantar kau belanja kebutuhanmu. Juga beli HP buat Parmin biar ia senang.”

 “Hehehe.. wah aku malu mbak ke bank. Belum pernah ke sana. Nanti saya keliatan katrok.”

“Ea nggak apa-apa, katrok yang penting uangnya banyak. Nanti para petugas bank juga akan melayanimu dengan baik. Tenang saja.” Hani melihat seorang pemuda berseragam putih abu-abu membonceng seorang gadis, yang kemudian berhenti di rumah Bu Dewi, yang menyewa rumah Mono.

“Itu anak Bu Dewi Ti?”

“Iya, cantik ya mbak. Namanya Lusi. Andai waktu muda saya bisa seperti Lusi. Enak kali ya. Setiap hari diantar jemput cowok.” Jawab Suryati yang juga melihat sepasang remaja itu.

“Kau juga bisa secantik Lusi. Kapan-kapan aku antar kau ke salon.”

Lihat selengkapnya