EXT

Via Mardiana
Chapter #1

Prolog

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja setelah hampir 7 bulan memilih menjadi pengangguran. Banyak juga yang bertanya, bagaimana aku bisa bertahan selama 7 bulan tanpa penghasilan, sebenarnya aku tetap bekerja, tetapi sebagai seorang freelancer, kebetulan karena aku masih tinggal bersama Ayah dan Ibu sehingga untuk urusan perut aku masih terjamin walaupun sebagai pengangguran.

Sebelumnya aku memang sudah bekerja di salah satu Perusahaan Consumer Goods di Jakarta. Perusahaan pertama yang membuatku tumbuh, menurutku. Sebab, disana aku bertemu dengan banyak orang baik yang benar-benar mau membantuku yang saat itu sebagai fresh graduate. Namun, aku hanya bertahan selama 5 tahun saja, sejak pergantian atasan dan aku selalu bentrok, aku memutuskan untuk undur diri alias pamit dari Perusahaan tersebut.

Dalam kurun waktu 7 bulan aku menganggur, sebenarnya banyak Perusahaan yang menawarkan pekerjaan bagiku. Namun, entah kenapa aku masih memilih untuk berleha-leha sejenak, menikmati kegabutanku setiap harinya. Kalau bosan ya tinggal jalan-jalan, entah itu ke mall, naik gunung, atau cuma sekadar nongkrong sambil ngelamun di coffee shop.

Dari sekian banyak tawaran pekerjaan yang masuk, akhirnya aku memilih satu Perusahaan dengan pertimbangan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kos. Untuk gaji pun tidak terlalu jauh dengan Perusahaanku sebelumnya dan aku cek juga bahwa ini merupakan Perusahaan yang cukup besar dan masih menjadi tujuan para fresh graduate agar tidak dipandang sebelah mata, ya sebut saja Perusahaan ini bergerak di dunia tambang.

Aku sengaja masuk di hari Jumat dengan pertimbangan psikologis kalau hari Jumat mood orang-orang lebih bagus karena besoknya weekend, mungkin nanti penerimaanku akan lebih enak apalagi aku nanti akan membawahi tim yang notabene lebih tua dariku dari segi usia. Wajar saja, ternyata setelah 8 bulan menjadi pengangguran ternyata aku kembali gerogi menyambut hari pertama masuk kerja.

Sebuah ruangan yang cukup besar diisi oleh 5 meja dan kursi, artinya akan ada 5 orang dalam ruangan ini sebagai 1 tim dan aku adalah pimpinan di ruangan tersebut.

"Halo teman-teman, perkenalkan ada Bu Ditta sebagai Manager yang baru akan membantu kita dibagian HR ya," kata Ronni yang merekrutku.

Keempat orang di dalam ruangan tersebut langsung menghampiriku.

"Langgeng, bu. Siap bekerja sama dengan ibu, aseek," kata Langgeng sambil tertawa. Sepertinya, usia Langgeng sekitar 24 tahunan terlihat dari penampilannya.

"Diah, bu. Salam kenal," kata Diah, mungkin usianya sekitar 30 tahunan.

"Titin, bu. Salam kenal," kata Bu Titin, mungkin usianya sekitar 45 tahunan.

"Pur, bu. Salam kenal," kata Pak Purnomo yang kutebak usianya sekitar 46 tahunan.

"Deva, bu. Usia 27 tahun lebih 3 bulan," kata Deva.

Aku mengernyitkan dahi menyikapi seolah-olah Deva tahu apa yang sedang aku pikirkan melihat orang-orang di depanku.

"Baik, salam kenal semuanya nama saya Ditta. Usia saya 26 tahun, mohon bantuan dan kerjasamanya yah, kalau saya melakukan hal yang kurang tepat jangan sungkan untuk ditegur," kataku.

"Siap, bu," kata Langgeng.

"Semua bisa kembali bekerja ya, saya izin keluar dulu," kata Ronny.

Aku kira hari pertama akan menjadi hari yang penuh dengan 'krik krik' tapi ternyata orang-orang di ruangan ini sepertinya sangat 'welcome' dengan kedatanganku.

"Kalau kita udah ada bossnya harusnya kerjaan kita gak terlalu berat," kata Bu Titin.

"Eh ibu, hehe," kataku menanggapi.

"Soalnya hampir 5 tahun belum ada yang sesuai dengan keinginan Pak Argo. Semuanya mental, mbak," kata bu Titin.

"Eh maaf, aku panggil mbak, maksudnya bu," kata bu Titin.

"Santai saja bu kalau sama aku, enaknya aja panggil apa, aku gak masalah," kataku.

"Syukurlah sekarang sudah ada mba Ditta, semoga departemen kita gak ngos-ngosan lagi," kata pak Purnomo.

"Kalau boleh tahu, selama 5 tahun itu kerjaan Manager disini dihandle siapa?" tanyaku.

Lihat selengkapnya