Hari ini adalah hari yang aku nantikan, hari ini tanggal enam belas Juli tepat dua bulan saat aku mendapati kabar buruk mengenai beasiswa yang sudah tutup dan mengharuskan aku mengambil jalur PMDK.
Kehidupan cukup banyak mengalami perubahan, keluargaku kaget saat kuberitahu bahwa aku diterima di ISI, aku menegaskan kepada mereka untuk tidak usah khawatir mengenai masa depanku termasuk biaya kuliahku.
Aku sengaja berbohong pada mereka bahwa aku mendapatkan beasiswa, toh mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa kalau aku kuliah tanpa minta sepeserpun duit dari mereka.
Alhasil ibuku tidak menggubrisku hampir sebulan ini, dan banyak sekali pertengkaran di rumah antara aku dan ibu.
Tapi itu tidak menjadikan penghalang bagiku dan merekapun juga tidak dapat protes banyak karena aku berjanji aku tidak akan menuntut apapun itu dari mereka.
Hanya bapakku yang bangga aku mendapatkan beasiswa dan ia berusaha mendukungku menjadi tameng bagiku saat menghadapi ibuku.
Bahkan kalau aku membutuhkan dana dan ia punya rejeki lebih bapakku siap membantuku.
Yaaah aku harus bersyukur paling tidak salah satu keluargaku memihakku.
Seperti dejavu aku menaiki dua anak tangga sekaligus menuju ruangan kemahasiswaan.
Aku merasakan perasaan yang sama dengan dua bulan lalu tapi endingnya kali ini berbeda.
Bulan Mei lalu aku pulang dengan kekecewaan namun sekarang aku akan pulang dengan beberapa lembar kertas yang isinya persyaratan yang harus aku lengkapi nanti sesudah menyelasikan bagian administrasi.
Kakiku sepertinya sudah hafal harus kemana melangkah dan sekejap aku sudah berada di depan pintu ruang kemahasiswaan.
Saat ingin ku mengetuk pintu itu tiba-tiba terdengar suara pemuda yang entah mengapa menghentikan niatku mengetuk pintu ruang kemahasiswaan itu.
"Saya minta tolong Bu.... akhir Agustus saya sudah bisa melunasi biaya kuliah saya, untuk saat ini saya belum punya uang yang cukup. Mohon bantu saya Bu!" terdengar jelas suara pemuda itu memohon dengan suara parau.
Tiba - tiba seluruh badanku merinding, ternyata bukan aku saja yang mengalami kesulitan dalam finansial pembayaran kuliah.
Aku terpaku di depan pintu ruangan kemasiswaan, antara ingin melangkah mundur dan duduk di sofa yang terletak tidak jauh di belakangku atau tetap di depan pintu menyimak percakapan yang ada di dalam ruangan tersebut.
Aku bingung, aku hanya dapat terdiam.
Harusnya aku tidak boleh mendengarkan percakapan ini tapi entah mengapa aku seperti ingin tahu apa yang terjadi dengan pemuda itu.
Apakah dia juga lewat jalur PMDK?
Sesaat aku langsung bersyukur, jalanku dimudahkan oleh Tuhan, walau diawal aku sempat pasrah namun terbukti dengan usaha, niat dan keyakinan jalan akan terbuka lebar.
Kudengar ibu administrasi kemahasiswaan hanya mendesah.
"Kamu jurusan apa?"
"Televisi Bu!" jawab anak itu spontan namun dapat kutangkap dari intonasinya bahwa dia berharap sekali ada harapan walaupun harapan itu kecil.
"Begini, lebih baik kamu langsung ke Prodi Televisi dan bertemu dengan Dekan di sana..."
"....mungkin masalah kamu dapat diselesaikan di sana, bagian akademik sama sekali tidak dapat memberikan toleransi waktu pembayaran atau dispensasi apapun...."
".....Saya benar-benar tidak dapat bantu apa-apa, tapi mungkin dari Fakultas bisa membantu kamu, jadi coba saja temui dekannya dan jelaskan secara rinci dan jelas permasalahan yang kamu hadapi, hanya itu yang bisa saya bantu. Maaf...."
"Terima kasih Bu...." seketika pintu ruangan itu terbuka.
Aku tersentak kaget dan kulihat pemuda itu, iapun kaget.
Mata kami bertemu, aku berusaha senyum namun entah mengapa bibirku tidak ingin menjalankan perintah otak.
Aku sedikit merasa bersalah karena telah menguping pembicaraannya.
Tersadar ia menatapku, aku langsung salah tingkah dan menunduk.
"Maaf mbak saya mau lewat...." aku semakin salah tingkah karena ternyata aku telah menghalangi jalannya.
Aku langsung bergeser dan mempersilakan ia lewat.
Saat ia melewatiku tercium aroma maskulin tubuhnya yang tertangkap oleh penciumanku.
Aromanya segar, dan sepertinya ia dari keluarga yang berada karena aroma ini adalah aroma parfume branded dan pastinya mahal.
Kulirik sekali lagi ke arahnya, ia masih beberapa meter di hadapanku dan sesaat ia menoleh sambil tersenyum.
Oh Tuhaaaan....
Senyumnya sangat ramah, dan hatiku tiba-tiba tentram melihat senyum itu.
Dan otakku langsung bekerja untuk merekamnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Ia langsung melangkah menjauhiku meninggalkan bayangan gestur tubuhnya yang tidak kurus juga tidak gemuk dibaluti jaket parasut tipis coklat, jaketnya begitu pas dibadannya serta celana jins coklat ketat yang membungkus kaki panjangnya dan sepatu сonverse berwarna birumelengkapi pesonanya.
Aku masih ingat bentuk wajahnya dengan rahangnya yang tegas serta dagunya yang terbelah, dan matanya yang sedikit sipit namun tajam menatapku.
Hidungnya tertarik ke atas menarik bibir atasnya yang tipis meninggalkan senyuman yang sangat manis.
Tanpa celah otakku merekam bahwa ada lesung pipit tunggal di sebelah pipi kirinya yang putih.
"Siapa ya namanya?" tanpa sadar kubergumam sendiri.
Dan melupakan tujuan awalku datang keruangan itu.
"Feli... kok malah bengong di luar?"
"Eh... maaf Bu, hmmm.... Tadi itu siapa ya Bu?" tanyaku penasaran sambil melangkah masuk dan menutup pintu ruangan itu.
"Namanya ibu nggak tahu, kenapa? Kamu suka ya? Hehehe.... Anaknya ganteng yah...." pujinya sambil melirikku dan menggodaku dengan senyumannya.
"Hahaha... Ibu inget lho Bu ada anak dan suami di rumah!" ledekku sambil duduk di kursi depan meja kerjanya.
"Yeee... Ibu tuh tadi nyindir kamu tahu... oh iya gimana kamu sudah menyelesaikan bagian administrasi?"
"Sudah Bu, ini bukti pembayarannya...." aku langsung mengeluarkan bukti pembayaran yang baru saja kubayarkan ke bank beberapa jam lalu.
Ia menerimanya lalu memeriksanya dan membuka laci yang ada dibelakangnya mengeluarkan map tebal dan membukanya di depanku.
"Okeh.... Dan ini berkas-berkas buat kamu, di situ ada form ukuran almamater, lalu daftar jadwal kegiatan mahasiswa baru...."
"...Oh iya besok ada pemotretan untuk calon mahasiswa yang beasiswa dan PMDK buat kartu mahasiwa jam sepuluh pagi jadi kamu harus datang sekalian ukur badan buat almamater kamu." jelasnya panjang lebar sambil membuka berkas dan menunjukkan berkas-berkas yang berisikan beberapa form dan daftar kegiatan mahasiswa baru.
Aku mengamati berkas-berkas dan daftar kegiatan mahasiswa baru, tidak ada tertulis OSPEK di dalam lembar tersebut.
"Ga ada OSPEK ya Bu?"
"OSPEK di kampus ISI sudah dihapuskan lima tahun yang lalu, sebagai gantinya nanti ada pengenalan kampus..."
"....itu beda sama ospek karena yang urus itu bagian akademi tanpa campur tangan mahasiswa, dan sangat mendidik jadi kamu gak usah khawatir... gak ada ploncoan kok...." aku hanya menggangguk lalu menutup map tersebut dan memasukkannya dalam tasku.
"Terima kasih banyak ya Bu...."
"Sama-sama, kalo ada yang kurang jelas kamu tanyain aja ke ibu trus masalah beasiswa nanti kamu bisa ajukan pas semester dua, ibu yakin kamu pasti dapat, kemarin memang murni kesalahan ibu lupa mengabari kamu...." ia masih merasa tidak enak perihal insiden dua bulan lalu. Aku hanya tersenyum.
"Gak papa kok Bu, oh ya Bu yang jalur reguler sama non-reguler sudah ada pengumumannya belum Bu?"
"Sudah baru kemarin, nah anak yang barusan itu lulus jalur non-reguler tapi katanya dia belum ada biaya buat bayar. Dia minta keringanan katanya akhir Agustus baru dia bisa melunasi, tapi ibu gak bisa buat apa-apa..."
"....kasihan sih... cuman aneh ya penampilannya kaya orang berada tapi kok gak punya duit?"
"Dia jurusan apa Bu?" aku hanya ingin memastikan kembali apa yang sudah kudengar tadi, kalau memang dia calon mahasiswa berarti kemungkinan aku akan bertemu dengannya saat kuliah nanti.
"Sama kaya kamu, televisi juga. Kenapa?? kamu suka ya ama diaa...??" goda Bu Murni semakin menjadi, aku hanya tertawa menimpali ledekannya.
"Yaa... semoga saja Dekan kasih keringanan jadinya kamu bisa ketemu dia bulan September nanti..." Bu Murni semakin memojokkanku.
"Hahhaha amin buuu...."
"Hahaha dasar kamu..... ya gapapa sih mumpung masih muda hehehe...."
"Berarti daftar nama-nama calon mahasiswa sudah ada di website kampus kan Bu?"
"Sudah, kamu bisa lihat nama kamu disana, jalur beasiswa dan PMDK digabung, lalu jalur reguler dan non-reguler terpisah dan sesuai dengan prodi masing-masing."
"Terima kasih ya Bu.... Saya pamit dulu, besok jam sepuluh kan Bu? Itu dimana?"
"Di lantai tiga, tepat di atas ruangan ini, jangan telat ya...."