F[R]IKSI

Mas AldMan113
Chapter #3

Ervano Hansloffa

Sewaktu kecil, kita tidak pernah memikirkan sejauh mana bisa mengembangkan diri demi kemajuan hidup. Termasuk cita-cita dan impian hidup. Pikiran masa kecil kita lebih memilih apa yang menarik terlihat mata polos dan pancaran pesona profesi orang tua atau orang lain. Lelaki ini juga menganut prinsip bahwa hidup tidak usah terlalu memikirkan apa itu cita-cita dan impian. Semua bisa dikejar di waktu yang tepat. Tuhan akan berikan momen-momen terbaik saat kau sudah beranjak dewasa. Mengenal dunia secara keseluruhan.

Semasa Sekolah Dasar, seorang guru pernah menanyakan pada Ervano perihal cita-cita jika sudah beranjak dewasa.

“Ervano, kalau kamu sudah besar mau jadi apa?”

“Saya mau jadi pedagang grosir, Ibu Guru. Kayak ibu saya,” ucap lelaki itu, girang, ketika berumur delapan tahun.

Namun pikiran manusia ialah dinamis. Bisa dipengaruhi dari luar maupun diri sendiri. Ketika kita sudah mengetahui seberapa berat dan apa saja kekurangan dari profesi yang kita cita-citakan, sedikit demi sedikit akan melonggarkan keyakinan yang digenggam erat dalam hati dan pikiran.

Pertanyaan sama mengenai cita-cita dan impian terulang kembali ketika ia sudah berada di tingkat Sekolah Menengah Pertama.

“Ervano, apa cita-citamu dalam lima belas tahun mendatang?”

Ervano tak langsung menjawab dengan sepatah kata. Ia lebih memilih menggaruk kepala yang tak gatal dengan jari telunjuk. Memilah-milih jawaban yang pas jika ditanya tentang cita-cita.

“Ingin menjadi pengamat kebijakan publik. Siapa tahu beruntung bisa diangkat jadi menteri sama presiden, Bu Guru,” jawab Ervano dengan mantap.

Sang guru hanya manggut-manggut mengulas senyum di bibir kecilnya. Sementara teman-teman Ervano menimpal dengan kata-kata cibiran.

“Alah Ervan, PR aja belum tentu siap di rumah, Van. Sok-sokan mimpi jadi menteri segala,” cibir salah satu siswa yang berada di dalam kelas itu.

Ada benarnya juga yang dikatakan temannya itu. Tapi ini bukan masalah siap mengerjakan PR atau tidak. Ini masalah keyakinan mencapai cita-cita yang baru saja terujar dari mulut. Ervano tidak mau ambil pusing bagaimana memulai langkah pertama meraih cita-cita itu. Jawaban tadi hanya sang penyelamat temporal dari ketidaktahuan menjawab pertanyaan dari sang guru.

***

Masa putih biru telah terlewati selama tiga tahun. Putih abu-abu mungkin adalah masa krusial bagi sebagian remaja yang akan beranjak dewasa. Ervano mulai merasakan efek dari masa krusial itu. Ia mulai mencari di mana minat dan bakat yang ia miliki. Mulai dari pramuka, OSIS sampai les alat musik sudah ia tekuni. Tapi ia belum bisa menemukan di mana renjana yang sesungguhnya.

Ujian Nasional.Momen mendebarkan bagi para murid kelas XII SMA. Tiga hari waktu yang diberikan agar kau bisa menjembatani masa depan. Bukan momen Ujian Nasional yang dipikirkan Ervano, dia lebih mengkhawatirkan apakah jurusan kuliah yang dipilihnya dalam SNMPTN bisa jebol salah satu.

***

Mulai terasa jika sedari dulu ia salah mengambil jurusan. Ketika akan menaiki kelas XI, para siswa kelas X sudah berikan pilihan jurusan mana yang akan mereka ambil. Dan untuk menuntun para siswa dalam menentukan jurusan mereka, pihak sekolah mendatangkan beberapa tim bimbingan konseling dari Human Resource Consulant Lavanna. Berdasarkan hasil psikotes, Ervano cocok masuk jurusan IPS. Sempat ragu di awal pemilihan jurusan, akhirnya Ervano memutuskan memilih jurusan IPA.

Bukan tanpa alasan Ervano memilih jurusan itu. Pertimbangan pertama, teman akrabnya, Sata Saragih, memilih jurusan IPA. Karena tak mau kehilangan teman dekat, akhirnya ia memilih jurusan itu. Terkadang teman sebaya juga turut mempengaruhi pemikiran seseorang untuk memilih keputusan. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pertimbangan kedua, stereotipe masyarakat mengatakan kalau jurusan IPA lebih mudah mencari pekerjaan daripada jurusan IPS. Tapi stereotipe ini belum teruji betul kebenarannya. Dan bisa saja terbantahkan. Stereotipe ini mempengaruhi pemikiran Ervano akan pemilihan jurusan dan terpilihlah jurusan IPA.

Di jurusan ini, Ervano tidak menunjukkan perkembangan signifikan atas mata pelajaran IPA. Mulai dari matematika, kimia, fisika dan biologi. Tak pernah sekali pun tertera di kertas rapor nilai enam puluh lima ke atas. Tak bisa menyalahkan sepenuhnya Ervano tak mempelajari bidang studi itu.

Tak mudah memahami keseluruhan materi pelajaran. Jika diperkirakan ada sekitar empat belas mata pelajaran. Jika dijejali satu per satu pun, mual dan sakit kepala jadi konsekuensi tak terhindarkan. Jadi terciptalah realitas bahwa Ujian Nasional adalah skala penentu kelulusan menjembatani masa depan sesudah melepas bangku sekolah tingkat menengah. Hanya empat mata pelajaran yang diuji. Jadi tidak perlu menghapal mati inti per inti keseluruhan mata pelajaran. Nilai yang didapatkan dari sekolah akan tertulis di selembar kertas berstempel resmi dari pemerintah. Bisa dibawa saat melamar kerja sekaligus bukti bahwa lelaki ini pernah mengenyam pendidikan menengah.

***

Ujian Nasional sudah habis masa kekuasaan. Momen perpisahan menjadi ajang pelepas sedih dan pilu.Tak bertemu dengan sahabat atau teman dekat. Tak saling bertegur sapa, menanyakan PR atau ulangan yang rutin diberikan guru. Merindukan suasana kebersamaan ketika kenakalan, cinta monyet dan jejak persahabatan menjadi ukir kenangan dalam mayoritas album masa sekolah.

Para alumni mulai mencari jalan hidup masing-masing. Memilih melamar pekerjaan juga bukanlah ide buruk. Jika punya keterampilan mumpuni, bisa saja mengajukan lamaran di tempat kerja yang dikehendaki. Atau memilih perguruan tinggi sebagai langkah awal menuju suatu pekerjaan yang diidamkan. Sebelum memasuki perguruan tinggi, banyak institusi bimbingan belajar gencar mempromosikan apa saja program pembelajaran yang mereka siapkan untuk menghadapi SBMPTN. ‘Murah tapi bermutu’ jadi kriteria Ervano dalam menentukan tempat les untuk mempersiapkan diri merebut satu kursi di PTN.

Pengumunan SNMPTN sudah siap menggedor-gedor antusiasme para pelajar yang baru lulus sekolah. Berbekal iman dan doa, berharap salah satu jurusan yang mereka pilih tiga bulan lalu bisa jebol. Kalau mereka lulus, ini akan menjadi euforia kebanggaan sekaligus ajang pamer kepada orang tua dan teman-teman. Jika kalah, mereka hanya bisa menyimpan kesedihan dalam hati sekaligus melanjutkan perjuangan merebut bangku PTN melalui jalur tertulis.

Begitu selesai memasukkan ID dan password, dengan berbekal iman dan doa di dada, Ervano sudah siap melihat apapun hasil pengumuman SNMPTN yang terpampang di layar komputer.

           Nama                         : Ervano Hansloffa

           Nomor Pendaftaran : 4140179802

           KAP                          : 414017980249

                                                Anda dinyatakan

TIDAK LULUS dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2012.

Detak jantung dalam kurungan tulang rusuk seakan mencelus beberapa detik. Denyut saraf di dalam otak memunculkan pening-pening kecil. Baiklah ini bukan hal yang buruk. Bukan akhir dunia. Berarti Tuhan telah memerintahkan dirinya untuk melanjutkan perjuangan melalui jalur SBMPTN. Karena ujiian tertulis tinggal sebulan lagi.

Sudah hakikat waktu takkan bisa diulang sedetik pun. Sudah sebulan berlalu sejak ujian SBMPTN dan hasil penantian selama intensif berbulan-bulan akan diperlihatkan dalam sebuah website.

17 Juli 2012. Lagi-lagi, Ervano harus menahan debaran di dada. Untuk SNMPTN, dia bisa saja gagal. Mungkin salah dalam pemilihan jurusan dan univeristas. Tapi kali ini, ia berani taruhan jika salah satu pilihannya akan jebol. 

           Nama                         : Ervano Hansloffa

Lihat selengkapnya