27 Maret 2016
Memang perbaikan gedung Amazing Children Course akan memakan waktu cukup lama. Tapi Ervano tidak bisa membiarkan murid-murid kelas menulis libur lebih lama. Ia memilih menghubungi salah satu muridnya dan mengatakan untuk datang ke rumah sang guru. Melanjutkan materi pelajaran yang sempat tertunda.
Setelah menunggu selama satu jam, murid yang terkumpul di rumah Ervano sebanyak tiga puluh orang. Ervano mengambil sebuah papan putih dan menuliskan tiga kata di sana.
“Karakter dan konflik. Mungkin beberapa bulan lewat kita sudah mempelajari apa itu karakter dan cara mendeskripsikan karakter tokoh. Sekarang saya akan bertanya, apa yang kalian ketahui tentang konflik?” tanya Ervano sambil mengedarkan pandangan pada seluruh muridnya.
Salah satu murid perempuan berponi sejajar dengan kening mengacungkan tangan. “Konflik itu adalah sejumlah permasalahan yang dihadapi karakter dalam cerita,” ujar perempuan berponi itu.
“Cukup bagus. Ada yang ingin menambahkan?”
Ervano memberikan kesempatan kepada muridnya yang lain untuk memberikan pendapat. Seorang laki-laki mengacungkan tanya di hadapan Ervano.
“Ya, Reza silakan,” izin Ervano.
“Konflik adalah permasalahan yang diakibatkan adanya perbedaan karakterisasi dan kepentingan tokoh dalam alur cerita,” jawab lelaki bernama Reza.
“Tepat sekali,” timpal Ervano sambil melanjutkan penjelasannya. “Perbedaan adalah kodrat yang tak bisa dihilangkan dalam kehidupan kita. Dan perbedaan karakter tokoh cerita akan mengalami pergesekan dan akhirnya menimbulkan konflik. Perbedaan misi dan kepentingan karakter protagonis dan antagonis juga turut mempertajam ketegangan konflik dalam cerita. Saya akan memaparkan jenis konflik yang sering digunakan penulis dalam cerita. Pertama, konflik karakter dengan lingkungan. Kedua, konflik karakter dengan karakter tokoh yang lain. Dan terakhir, konflik karakter dengan diri sendiri,” terang Ervano panjang lebar.
“Yang menjadi tugas kalian, coba jelaskan maksud dari ketiga jenis konflik itu dan beri contoh paragraf mengenai ketiga contoh itu. Dimulai dari sekarang,” intruksi Ervano pada muridnya. Tak berselang lama, handphone dalam saku jins Ervano berbunyi. Lelaki itu memilih mejauhkan diri dari para muridnya.
“Halo,” jawab Ervano.