F[R]IKSI

Mas AldMan113
Chapter #30

Dendam Ini Harus Terbalaskan

Sang ibu melangkah tergesa di koridor rumah sakit sambil menangis sedu. Wanita paruh baya itu menemukan ruangan IGD, tempat putranya menjalani masa kritis. Begitu mereka berdua menemukan ruangan itu, saat itu juga seorang dokter keluar dengan wajah tertekuk.

“Bagaimana keadaan anak saya, Dok?” tanya sang ibu dengan suara serak.

Sang dokter membisu sesaat. Dia menatap kasihan pada wanita paruh baya itu.

“Benturan keras di bagian kepala mengakibatkan pendarahan hebat di otak. Patahan tulang rusuk juga mengenai paru-parunya. Kami minta maaf sebelumnya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa anak Ibu tapi Tuhan berkehendak lain,” jelas sang dokter.

Tangisan sang ibu makin kencang. Dia memaki-maki dokter yang berada di hadapannya. Sementara sang anak berusaha menenangkan sang ibu yang mulai histeris. Tak mampu menerima kenyataan bahwa putra kesayangan sudah berpulang ke akhirat, tubuh sang ibu mendadak roboh. Hampir menubruk lantai tapi sang putri yang di sampingnya sigap menahan tubuh sang ibu.

***

Gema suara sirine ambulan mengantarkan jenazah sang anak menuju tempat persemayaman terakhir. Tapi sebelum dikembalikan ke tanah, jenazah dipulangkan dulu ke rumah agar para saudara atau kerabat terdekat bisa mengucapkan perpisahan terakhir. Sang ibu yang merasa terluka terlalu dalam, terus saja menangis meskipun tanpa suara keluar dari bibirnya. Tatap mata hampa menatap jenazah sang putra yang mendingin dan mengeras karena formalin.

Tapi tak terlihat sang putri berada di samping sang ibunda. Sekedar menghibur atau menemani sang ibunda. Ia berada di halaman belakang tanpa ditemani siapapun. Bukan merenung akibat kepergian sang kakak, dia juga melebarkan senyum sambil tertawa tertahan.

Satu kutu kecil telah berhasil kusingkirkan. Selanjutnya penulis sombong itu harus merasakan akibatnya karena telah menghancurkan cita-citaku, ucap perempuan muda itu dalam hati.

“Apa yang kamu lakukan di sana, Dik? Seharusnya kau menemani ibumu di sana,” tanya salah satu saudara perempuan dari sang ibu.

“Ya Tante, aku akan segera ke sana,” balas perempuan itu sambil mengembalikan wajah yang penuh senyum menjadi penuh haru duka.

***

Sebulan telah berlalu sejenak meninggalnya sang kakak. Sementara itu, sang ibu dalam kondisi lemah sedang dirawat saudara perempuan dari sang ibu. Anak perempuan dari sang ibu sedang mengutak-atik nomor yang ada di gawainya. Begitu mendapatkan nomor itu, ia langsung menekan tombol hijau.

Lihat selengkapnya