Lelaki gondrong itu mendongakkan kepala sambil melolong keras. Perempuan yang berada di bawah lelaki itu ikut melenguh mencapai titik kenikmatan birahi. Begitu menuntaskan urusan syahwat, lelaki gondrong itu merebahkan tubuhnya di samping perempuan itu. Perempuan itu mengambil napas sambil meresapi nikmat biologis di bagian alat vital. Sementara lelaki gondrong itu masih lelah, si perempuan beranjak dari ranjang.
“Aku ambilkan sirup dingin, ya, untuk kita berdua,” kata perempuan itu sambil meraih handphone yang berbunyi di atas ranjang.
Lelaki itu mengangguk sekali membiarkan perempuan itu pergi. Tak butuh berlama-lama di dapur, perempuan itu sudah membawa dua gelas sirup dingin di atas nampan. Si lelaki yang haus, langsung meraih gelas yang disodorkan si perempuan.
Belum habis setengah gelas, si lelaki gondrong itu merasa pening. Pandangan mata berkunang-kunang. Stok oksigen dalam paru-paru seolah-olah habis. Si lelaki gondrong megap seraya tercekik. Perempuan itu hanya tersenyum sadis melihat sakratul maut mulai menjemput nyawa si lelaki gondrong.
“Terimakasih atas semua pertolonganmu, Ray tapi aku tidak bisa membiarkanmu hidup. Sebab polisi pasti akan mencari keberadaanmu sebagai buronan. Itu bisa mengancam keselamatanku,” ujar si perempuan. Saat kejang-kejang terakhir, si lelaki gondrong itu sudah tak bergerak lagi.
***
Jalan Senopati no 12. Sebentar lagi Ervano akan tiba di kediaman sang manajer. Bisa dibilang ini adalah pertemuan mendadak. Dan dia baru menghubungi sang manajer setengah jam lalu. Untung saja sang manajer sedang berada di rumah.
“Kalau saya sudah selesai dengan urusan ini, saya akan menelepon Pak Tono.”
“Baik, Pak Ervan. Saya undur diri dulu,” ucap sang sopir sambil melaju meninggalkan sang majikan.
Ervano melangkah menuju pagar sepanjang 10 meter. Pagar memang belum dibuka. Dia harus melapor dulu pada satpam jaga.
“Mau cari siapa ya?” tanya sang satpam.
“Saya ingin bertemu Nyonya Violana. Beliau ada di rumah?”
Sebelum sang satpam memastikan keberadaan sang nyonya di dalam rumah, tuan rumah kebetulan sudah berada di pintu luar sambil memberikan instruksi agar Ervano masuk.
Begitu melihat instruksi sang majikan, sang satpam jaga, membuka pagar agar Ervano bisa masuk. Sebelum masuk ke dalam rumah, Ervano disambut dengan cipika cipika sang manajer. Mengantarkan lelaki itu duduk di sofa empuk.
“Saya ambilkan makanan dulu ya,” ucap Violana seraya beralih ke dapur.
Sambil menunggu makanan datang, Ervano membuka resleting tas sambil mengambil sesuatu di dalamnya. Dua buah novel dan sebuah gawai sudah berada di tangan. Ervano meletakkan gawainya di sebelah kiri sofa sedangkan dua novel itu diletakkan di atas meja hias. Kebetulan Violana datang membawa nampan berisi makanan dan dua gelas sirup markisa.
“Silakan dinikmati,” suruh Violana sopan. Ia menaruh nampan di atas meja sambil duduk berhadapan dengan Ervano.
“Hei, untuk apa kamu membawa dua novel ke sini?” tanya Violana sambil menunjuk pada dua novel yang tergeletak di atas meja.