Fabricated Love

Liz Lavender
Chapter #3

THREE

[ TEAKREATION Inc a.k.a My Sucks Office, 3rd floor, Upper Grandstead Street #10M, Port Ludlow ]

 “Kau harus tahu, orang-orang kantor mengira aku yang ada sesuatu dengan McKenzie. Sementara kau, aman-aman saja,” protesku di sela aktivitasku mengerjakan laporan stock pada Summer.

“Aku sudah tahu kok,” terdengar tawa kecil Summer.

“Senang kau ya?”

“Nggak lah, Gene. Sudahlah, nanti juga mereka lupa kalau ada gosip baru lagi. Duh, aku harus ke toilet,” Summer langsung melesat dari tempat duduknya menuju toilet.

Aku memandang kolom-kolom file Microsoft Excel di layar laptop-ku. Berbagai angka terlihat di sana, membuatku makin pusing. Aku masih memikirkan Jeff. Ingin sekali aku meneleponnya, tapi laporan ini harus segera selesai untuk bahan meeting rutin nanti siang.

“Hai, Gene.”

Aku langsung memalingkan pandanganku dari laptop, “Hai, Riley,” balasku.

“Umm, Gene, kamu masih bisa kirim e-mail?” tanya Riley.

Aku langsung mengecek outlook express-ku, "Error, Riley. Sejak kapan ya? Aku hari ini belum kirim e-mail soalnya.”

“Barusan. Berarti semua orang di kantor nih. Aku harus segera mengurusnya,” ucap Riley.

“Jadi kamu sekarang yang mengurus jaringan?” tanyaku.

“Iya. Oh ya Gene, mungkin bisa membuatmu tenang, aku ada kabar untukmu.”

“Kabar apa?” aku memandang Riley yang tersenyum, berdiri di depan meja kerjaku, menyanggakan kedua telapak tangannya di atas meja.

“Sejauh ini, orang-orang IT tidak lagi membicarakanmu tentang apa yang kaukhawatirkan kemarin,” ucapnya sambil melirik ke arah ruangan Derrick McKenzie. Aku pun langsung mengerti.

Thank God!” ucapku bersyukur setidaknya perhatian mereka teralih dari gosip tentang McKenzie yang menginap di apartemenku.

“Mereka malah berulang kali menertawakanku karena hari ini aku berangkat memakai sepatu yang beda sebelah, coba kau lihat.”

Aku berdiri dari kursiku, melongokkan kepala untuk melihat ke arah kaki Riley. Dia mengenakan sepatu yang berbeda di kaki kanan dan kirinya. Sepatu berwarna hitam di kanan, dan sepatu berwarna coklat di kiri. Aku langsung tertawa.

See? Kau juga tertawa.”

“Bagaimana bisa? Kau aneh.”

“Bukannya aneh, pagi tadi aku kesiangan, nggak sadar buru-buru dan… beginilah. Masih untung sepatunya cocok di kanan dan di kiri. Hanya beda jenis saja. Kondisi apartemenku yang berantakan mendukung kesialanku pagi ini. What a day!

“Lalu kenapa masih saja kaupakai?” tanyaku geli.

“Lalu aku pakai apa? Anggap saja aku sedang mencoba membuat mode baru.”

“Kau ini anak baru yang sensasional,” ucapku.

“Halloway!” tiba-tiba terdengar suara keras dari arah yang paling tidak suka.

Senyum di bibirku langsung sirna mendengar suara itu. Aku berbalik dan melihat bos-ku berdiri di ambang pintu ruangannya.

“Sudah selesai laporan stok-nya? Cepat berikan padaku!” teriaknya.

“Sedikit lagi, Sir,” jawabku.

“Kau tidak ada pekerjaan, Copeland? Setahuku ruanganmu tidak di sini.” Derrick gantian menyerang Riley dengan sinis. Uh, kenapa dia tidak pernah sedikitpun mengesampingkan sikapnya yang menyebalkan?!

“Maaf, Sir,” ucap Riley singkat kemudian berbalik.

“Copeland!” panggil Derrick lagi.

“Ya, Sir?”

“Lebih baik kau cepat membereskan masalah e-mail daripada mengganggu Halloway.”

“Baik, Sir,” Riley hanya bisa menggangguk dan segera kembali ke ruangannya, meninggalkanku yang masih heran dengan makhluk bernama Derrick McKenzie ini. Cerewet sekali dia!

Aku menatapnya kesal sementara dia hanya tersenyum puas kemudian kembali masuk ke ruangannya.

“Ada apa? Derrick marah lagi padamu?” Summer baru saja kembali ke tempat duduknya.

“Biasa lah.” ucapku sambil mengebut pekerjaanku dan langsung mencetaknya. Cepat-cepat aku beranjak dari kursiku.

“Gene, kalau kau butuh bantuanku, katakan saja. Dengan senang hati aku akan mengurus Derrick agar tidak marah-marah lagi padamu,” ucap Summer mengiringi perjalanan singkatku menuju ruangan McKenzie.

Aku hanya bergumam, ”Sure, Summer,” kemudian kuketuk pintu ruangan sialan ini. Hmm... tampaknya aku harus banyak meminta maaf pada barang-barang yang ada hubungannya dengan Derrick McKenzie. Aku selalu memberi embel-embel kata sialan di belakangnya. Mobilnya yang sialan, ruangannya yang sialan, pintunya yang sialan, dan masih banyak lagi yang sialan.

“Masuk,” terdengar suara dari dalam ruangan.

Kuputar pegangan bulat pintu itu dan membukanya. Segera aku memasuki ruangan, tanganku menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan bos-ku itu.

“Ini, Sir, laporan alokasi stok yang tersedia untuk order hingga bulan Oktober.”

Derrick McKenzie mengangkat wajahnya yang tadi menunduk ke sebuah buku besar di mejanya. Dia tidak segera menerima berkas yang kusodorkan dan hanya berucap, ”Buat sampai bulan Desember.”

Aku langsung terkejut, ”Tapi Sir, tadi Anda minta saya untuk membuat sampai bulan Oktober saja.”

Derrick menyandarkan punggungnya di kursinya lebih santai, ”Well, aku berubah pikiran. Buat sampai bulan Desember. Lagipula kalau kau membuatnya sampai akhir tahun, kita bisa memonitor status produksi lebih baik.”

Aku menghembuskan nafas kesal sementara penyebab kekesalanku hanya santai-santai saja.

“Tunggu apa lagi, Halloway? Cepat kerjakan.” perintahnya. Aku hanya diam dan segera keluar dari ruangan sialan itu.

“Bagaimana?” sambut Summer begitu aku kembali ke kursiku.

“Sialan!” jawabku singkat.

“Buruk lagi ya? Tenanglah Gene, aku akan segera menanganinya nanti.”

“Dia benar-benar menyebalkan. Aku heran kenapa kau bisa begitu menyukainya,” ucapku sambil mulai mengerjakan apa yang diperintahkan McKenzie.

He’s so sexy, Gene. Begini saja, nanti sore kita ke café baru itu yuk. Untuk menghilangkan segala kepenatanmu hari ini. Bagaimana? Kau tidak ada janji dengan Jeff kan?”

Ah, Jeff. Mengingatnya kembali membuat kerinduanku pun kembali terasa.

*-*-*-*

[ Zoe’s Café, Central Crest Grove, Port Ludlow ]

Suasana rumah terasa kental begitu aku dan Summer memasuki café yang baru buka itu. Dinding-dindingnya terbuat dari kayu dengan aksen warna tua. Ada perapian di salah satu sudutnya, dengan dua buah sofa di samping perapian. Sebuah bar table yang cukup panjang juga terbuat dari kayu, menghadap kira-kira sepuluh buah bar stool. Desain bar table nya menarik, bahkan lebih menarik dari yang pernah dibuat oleh Teakreation Inc. Meja-meja bulat dengan empat kursi mengelilingi tiap meja, tersebar di ruangan café, menghadap sebuah panggung kecil. Ada hiasan dinding berupa kepala-kepala rusa dan sebuah papan sasaran permainan melempar anak panah kecil.

This one is nice,” ucapku masih memperhatikan sekeliling café yang sudah cukup ramai malam itu.

“Kau mau duduk di depan bar table atau di tengah?” tanya Summer.

“Tengah saja ya,” kami berjalan memilih sebuah meja di tengah ruangan.

Waiter!” teriak Summer melambaikan tangan pada seorang pelayan laki-laki yang langsung menghampiri kami.

“Mau pesan apa nona-nona?” tanyanya ramah sambil memberikan dua lembar kertas menu padaku dan Summer.

Aku membaca menu yang tertera di delam kertas menu. Appetizer nya standar, ada buffalo wings, bruschetta, soup, salads, dan quiches. Mereka menawarkan berbagai macam sandwich, burger, pasta, pizza, steak, dan seafood sebagai makanan utamanya. Untuk makanan penutup ada aneka cake, pie, dan ice cream.

“Menu spesial kami hari ini adalah Jambalaya Pot Pie, dengan campuran udang, ayam asap, sosis Italia, dengan saus krim Cajun. Anda ingin mencobanya?” tawar pelayan itu.

“Aku mau deh,” ucap Summer langsung, ”Tambahkan guava juice dan untuk dessert, aku mau sundae saja. Kamu apa, Gene?”

Crispy Chicken Tenders dan blueberry milkshake, nggak usah pakai desert.”

“Umm… kamu mau Tropical Salad, Gene? Berdua ya denganku.”

“Oke deh,” ucapku menyetujui.

Lihat selengkapnya