Faceless Girl

Baggas Prakhaza
Chapter #16

Hujan di Kota Bandung

Arthan terbangun pagi itu di kamar kontrakannya yang sederhana di Bandung. Sinar matahari mengintip melalui tirai jendela, memberikan sedikit kehangatan di tengah udara dingin pagi kota itu. Ia menghela napas panjang, mencoba merasakan sesuatu yang berbeda. Sudah lebih dari satu bulan sejak ia meninggalkan desanya, namun kenangan itu masih menyesaki pikirannya. Meski begitu, ia menyadari bahwa ia tidak lagi bermimpi tentang gadis tanpa wajah yang sering muncul di mimpinya.

"Kenapa aku tidak memimpikan gadis itu lagi?" pikirnya.

Rasa sedih dan hampa masih menyelimuti hatinya, tapi ada hal lain yang membuatnya bertanya-tanya. Apakah ini pertanda bahwa ia mulai melupakan rasa sakit itu, atau hanya jeda sementara sebelum rasa itu kembali menghantamnya?

Dengan pikiran penuh tanda tanya, Arthan memutuskan untuk menghabiskan harinya di perpustakaan. Ia teringat salah satu buku yang pernah ia lihat bersama Alya, buku yang berisi tentang "Faceless Human," sebuah konsep yang menarik dan mengganggunya selama ini.

Di perpustakaan, Arthan berjalan menyusuri rak-rak buku. Ia merasakan keheningan yang aneh, seolah-olah setiap langkahnya membawa kembali kenangan bersama Alya. Tiba di rak tempat buku yang ia cari, ia melihat judul Faceless Human yang sudah mulai memudar. Saat ia menarik buku itu, bayangan Alya tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia ingat saat Alya membantunya mengambil buku yang tinggi di rak, bagaimana tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan, dan senyuman kecil yang muncul di wajah Alya.

Arthan memejamkan mata, mencoba menenangkan dirinya. Saat ia membuka buku itu, tiba-tiba terdengar suara halus seorang gadis, "Kamu sedang mencari buku tentang Faceless Human?"

Arthan sontak menoleh, berharap menemukan Alya di hadapannya. Tapi alih-alih Alya, ia melihat seorang gadis lain berdiri di sana, menatapnya dengan senyum ramah. Gadis itu memiliki rambut panjang yang tergerai rapi dan mengenakan kacamata tipis.

"Namaku Laras," kata gadis itu memperkenalkan diri.

Arthan terdiam, menatap Laras yang tampak penuh percaya diri. Namun, sesuatu tentang Laras membuatnya merasa aneh. Gesturnya mengingatkan Arthan pada momen ketika pertama kali ia mengenal Alya. Hal itu membuat dadanya bergetar.

Lihat selengkapnya