Faceless Girl

Baggas Prakhaza
Chapter #21

Langkah yang Berat

Setelah menghabiskan sarapan yang telah disiapkan oleh Mbok Arsi, Arthan mengenakan jaketnya dan melangkah keluar rumah. Matahari mulai memanjat langit, menyinari jalanan kota yang sibuk dengan aktivitas pagi. Hari ini ia berniat kembali ke perpustakaan untuk melanjutkan pencariannya. Ada sebuah topik yang terus mengusik pikirannya—misteri tentang faceless human, sosok misterius yang kerap muncul dalam mimpinya.

Dengan langkah yang pelan, ia berjalan menyusuri jalanan kota. Pikiran-pikiran tentang mimpinya semalam terus membayangi. Saat melewati sebuah persimpangan yang menuju perpustakaan, tiba-tiba ia melihat seseorang yang familiar di depan sana. Gadis itu—Laras.

Arthan terdiam sejenak, lalu dengan cepat menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya di balik kerah jaketnya. Rasa takut dan keraguan kembali menyelimuti dirinya, seperti bayangan trauma yang lama. Laras pernah mengikutinya, dan meski ia tidak menunjukkan niat jahat, Arthan merasa takut dipandang rendah atau dihakimi, seperti yang sering ia alami saat masa sekolah dulu.

“Jangan sampai dia melihatku,” pikirnya. Ia memperlambat langkahnya, membiarkan Laras berjalan lebih dulu. Gadis itu tampaknya tidak menyadari keberadaan Arthan di belakangnya. Setelah beberapa saat, Laras masuk ke dalam perpustakaan kota, dan Arthan menghela napas lega.

Arthan melangkah masuk ke perpustakaan dengan hati-hati. Begitu ia melewati pintu besar dari kayu itu, pandangannya segera menyapu ruangan yang penuh dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi. Suasana di dalam perpustakaan sunyi, hanya terdengar bisikan suara orang-orang yang berbicara pelan dan desau lembut halaman buku yang dibalik.

Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba ketika ia mendengar suara lembut dari sampingnya.

“Aku sudah menunggumu dari beberapa hari ini.”

Arthan menoleh. Laras berdiri di dekat pintu, menatapnya dengan senyum kecil di wajahnya. Kata-kata itu membuat Arthan terkejut. Ia menundukkan kepalanya lagi, merasa canggung dan tidak tahu harus berkata apa.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanyanya dengan suara rendah, hampir seperti bisikan. Matanya tidak pernah berani menatap langsung ke arah Laras. Kepercayaan dirinya terlalu lemah untuk menghadapi seseorang yang begitu berani dan jujur seperti gadis itu.

Laras tidak tampak terintimidasi. “Tidak, aku hanya ingin berteman dan berkenalan denganmu,” jawabnya dengan nada yang tulus.

Namun, Arthan tidak memberikan respon. Ia membuang pandangannya dan melangkah masuk lebih dalam ke perpustakaan. Baginya, tujuan utamanya hari ini adalah menemukan sejarah tentang faceless human, bukan memulai percakapan dengan seseorang yang hampir tidak ia kenal.

Lihat selengkapnya