Fachri and The Sun

Fann Ardian
Chapter #5

First Lesson of The Journey

Beberapa hari berikutnya, benih bunga anggrek itu masih belum menunjukkan pertumbuhan. Fachri masih menunggu seminggu kemudian, namun bahkan tunas kecil pun sama sekali tidak muncul. Ia menaruh pot berisi benih anggrek itu di beranda depan rumahnya, tepatnya di samping pintu rumah yang terhalangi oleh kanopi, sehingga sinar matahari tidak akan langsung mengenai tanamannya.

Fachri mendesah keras, bertanya-tanya apa yang kurang atau mungkin salah dengan caranya menanam.  

“Apa yang sedang kau lakukan?” adik perempuannya, Ruphelia, muncul dari balik pintu. 

“Aku sedang mencari tahu kenapa bunga anggrek ini tidak kunjung tumbuh juga.”

Rue menunduk menatap pot kayu itu. “Kau menanam bunga anggrek?” ia tertawa. “Sejak kapan? Kau tidak pernah menumbuhkan apapun seumur hidupmu.”

Aduh, itu kena, Fachri membatin. Ia melirik sekilas adiknya. “Sekarang aku memulainya,” jawabnya, memaksakan senyum singkat.

“Kenapa kau tidak membeli anggrek yang sudah berbunga saja?” Rue menumpukan berat tubuhnya pada satu kaki. “Lebih mudah.”

“Tapi aku ingin mencoba menanam bunga dan menumbuhkannya.”

Yeah, semoga beruntung dengan itu.” Rue melangkah ke beranda dan memeluk lengannya. Mata cokelat terangnya memandangi halaman rumah mereka. “Panas sekali, bukan?”

“Aku tahu. Sebentar lagi sudah masuk pertengahan musim panas,” balas Fachri tanpa mendongak dari tanah di potnya.

Rue berdiri di tepi beranda selama beberapa saat, matanya menyipit menahan terik sinar matahari. “Aku mau membuat es teh.” Ia berbalik dan berjalan ke arah pintu. “Kau mau?” 

“Pasti menyegarkan.”

Lihat selengkapnya