Fachri and The Sun

Fann Ardian
Chapter #15

Forever An Untold Poem

“Bagaimanakah perkembangan bunga anggrekmu, Fachri?”

Fachri, yang sedang bersandar di tumpukan jerami dengan kedua tangan berada di belakang kepalanya sembari menikmati sinar matahari pagi, membuka salah satu matanya yang terpejam. Ia mengintip sang Matahari, walaupun cukup sulit karena segala cahaya yang memenuhinya. “Baik. Pertumbuhannya masih lambat. Tapi sekarang batangnya sudah meninggi dan daunnya juga melebar,” jawabnya.

“Mengapakah pertumbuhannya lambat? Sudahkah kau merawatnya dengan baik?”

“Tentu saja.” Fachri menjawab lagi tanpa membuka kedua matanya. “Aku juga tidak tahu mengapa pertumbuhannya menjadi lambat. Apa setiap pertumbuhan bunga memang lama, atau hanya bunga anggrek saja?”

“Aku tidaklah begitu tahu. Aku hanyalah menyinari mereka setiap harinya. Mengenai bagaimana dan akan menjadi apa mereka jadinya, adalah di luar kuasaku,” tutur sang Matahari.

Pernyataan sang Matahari membuat Fachri tertegun. Lalu ia bangkit dari posisi berbaringnya, rambutnya acak-acakan dan dihinggapi jerami. “Oh, benar juga. Kau yang memberikan segala kehidupan di Bumi ini dan bertanggung jawab atasnya.”

Sang Matahari mengangguk. “Itulah ketetapan yang Langit berikan.”

Bola mata Fachri bergerak ke atas. “Apakah langit yang ada di atasku sekarang ini juga memiliki wajah dan bisa berbicara sepertimu?” matanya mengawasi langit kebiruan pucat itu. “Seperti apa dia? Bisakah aku berbicara dengannya juga?”

Sang Matahari menggeleng. “Engkau tidaklah dapat berbicara dengan Langit.” 

“Mengapa begitu? Aku berbicara denganmu.”

“Adalah beberapa peraturan di alam semesta ini yang tidaklah dapat dilampaui dengan kekuatan apapun, ataulah dicobakan untuk dijabarkan dengan pikiran makhluk terpintar di Bumi sekali pun.”

Yeah. Itu juga yang orang-orang katakan tentang langit. Tentang kemisteriusannya dan sebagainya.” Fachri mengangguk menyetujui. 

Lihat selengkapnya