Haruki terbangun dari tempat tidurnya karena suara ayam berkokok. Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Ia masih mengingat kejadian kemarin malam, tergambar saat ia memberitahu keluarganya bahwa ia ingin menjadi anggota Sentinel. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di jendela kamarnya.
“Oi! Oi! Sudah bangun belum?”
Haruki yang sedikit kesal, membuka jendelanya dengan keras.
“Ada apa sih pagi-pa-"
Ia terhenti karena seekor kuda menjilat mukanya, yang membuatnya mukanya penuh dengan ludahan kuda itu.
“Oh sudah bangun rupanya, ayo keluar ikut paman sini”
“Penting nggak?”
“Ehhh, kamu bisa menilainya sendiri nanti”
Haruki berpikir apakah ia harus ikut pamannya, apakah ia mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan. Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti pamannya karena tidak mempunyai aktivitas lain yang berguna untuk dilakukan.
“Oh sudah selesai memikirkan masa depannya?”
Haruki yang menuntun kudanya keluar, menjadi kesal mendengar pernyataan pamannya itu. Haruki menaiki kudanya dan mengikuti pamannya ke suatu tempat. Pamannya membawa Haruki ke hutan di sebelah selatan kota itu. Paman dan Haruki akhirnya sampai di sebuah tempat dengan air terjun.
“Kamu mau menjadi Sentinels, kan?”
“Iya.”