FAHRI, MALAIKAT KECIL KAMI YANG MENGARUNGI BADAI HISPRUNG

Mada Elliana
Chapter #8

Harapan di Tengah Keterbatasan

Kehidupan Fahri setelah operasi pertama, dengan kantong stoma yang menempel di perutnya, adalah sebuah babak baru yang penuh tantangan, namun juga diwarnai ketabahan yang luar biasa. Setiap pagi, rutinitas Fahri dimulai dengan membersihkan dan mengganti kantong stoma. Ini bukan tugas yang mudah. Kantong itu harus dilepaskan dengan hati-hati, area stoma dibersihkan dengan sabun dan air hangat, dikeringkan, lalu kantong baru dipasang dengan perekat khusus. Rina adalah orang yang paling sering melakukan ini, dengan bantuan Satria. Mereka harus memastikan tidak ada kebocoran yang bisa menyebabkan iritasi kulit atau bau tak sedap.

Fahri, yang awalnya merasa tidak nyaman dan malu, perlahan mulai belajar mengelolanya. Ia akan memberitahu Rina atau Satria jika kantongnya terasa penuh atau jika ada sedikit bau. Terkadang, ia akan mencoba membantu memegangi perekat, meskipun tangan kecilnya masih canggung. Kesulitan paling nyata muncul ketika kantong itu bocor di waktu yang tidak tepat, misalnya saat ia sedang bermain atau di sekolah. Insiden-insiden kecil ini bisa membuat Fahri merasa sangat malu dan frustrasi, terkadang ia akan menangis pelan, merasa berbeda dari teman-temannya. Rina dan Satria harus selalu siap dengan persediaan kantong stoma cadangan, baju ganti, dan tisu.

Namun, di antara kesulitan itu, ada momen-momen kecil yang menyentuh hati Rina dan Satria. Suatu kali, Fahri bangun di tengah malam dan melihat Rina membersihkan kantongnya. Dengan mata mengantuk, ia membelai tangan Rina dan berbisik, "Terima kasih, Mama." Atau saat ia berhasil mengganti kantongnya sendiri (tentu saja dengan pengawasan ketat), senyum bangga akan terpancar di wajahnya. Ada juga momen ketika ia mulai bisa memahami bahwa stoma itu, meskipun tidak ideal, adalah bagian dari dirinya yang sedang dalam proses penyembuhan. Ia bahkan pernah menggambar stoma dengan warna-warni ceria di buku gambarnya, mengubah hal yang membebani menjadi sesuatu yang bisa ia ekspresikan secara artistik. Setiap momen ini adalah bukti adaptasi luar biasa Fahri dan cinta tak terbatas dari orang tuanya.

Meskipun harus hidup dengan kantong stoma dan semua keterbatasan yang menyertainya, Fahri tetaplah Fahri yang ceria dan aktif. Semangatnya untuk belajar dan bermain tidak pernah pudar. Ia tidak membiarkan kantong di perutnya menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang ia sukai.

Di rumah, ia tetap berlarian dengan Faiz, meskipun harus lebih hati-hati. Ia masih suka bermain sepak bola di halaman, meskipun terkadang harus berhenti sejenak untuk memeriksa kantongnya. Rina dan Satria berusaha keras untuk tidak membatasi aktivitas Fahri secara berlebihan, selama itu aman dan tidak menimbulkan risiko. Mereka mengajari Fahri bagaimana cara melindungi stoma saat bermain, misalnya dengan mengenakan pelindung khusus jika diperlukan.

Ceriaan Fahri terpancar dari tawa renyahnya saat bermain, dari senyumnya yang lebar saat berhasil memecahkan soal matematika yang sulit, atau dari mata berbinarnya saat menemukan fakta baru di buku. Ia masih bisa bercerita panjang lebar tentang apa yang ia pelajari di sekolah atau tentang petualangan imajinasinya. Ia tidak pernah mengeluh tentang rasa sakit yang terus-menerus, atau tentang ketidaknyamanan yang ia rasakan. Fahri menunjukkan kekuatan mental yang luar biasa, beradaptasi dengan kondisi fisiknya dan fokus pada hal-hal yang bisa ia lakukan, bukan pada keterbatasannya. Ia adalah inspirasi bagi Rina dan Satria, sebuah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada kesempurnaan fisik.

***

Kehadiran Faiz, adik Fahri, menjadi pilar penting dalam perjalanan Fahri menghadapi Hisprung. Meskipun masih kecil, Faiz menunjukkan empati dan dukungan yang luar biasa, menjadi sumber kebahagiaan dan kekuatan bagi kakaknya.

Faiz tidak pernah merasa jijik atau aneh dengan kantong stoma Fahri. Ia dengan polos akan bertanya, "Kak Fahri, kantongnya sudah penuh?" atau "Apakah Kak Fahri lapar?" Ia bahkan seringkali membantu Rina saat mengganti kantong Fahri, mengambilkan tisu atau membersihkan alat. Ia melihat stoma Fahri sebagai bagian dari kakaknya, tanpa penghakiman.

Faiz adalah teman bermain setia Fahri. Ketika Fahri merasa lemas atau tidak nyaman, Faiz akan datang dan menemaninya, membacakan buku cerita favorit mereka, atau sekadar berbaring di samping Fahri. Ia selalu mencoba membuat Fahri tertawa, melontarkan lelucon atau tingkah lucu. Ada momen ketika Fahri merasa sedih dan menarik diri, dan Faiz dengan naluri adiknya akan mendekat, memeluk Fahri erat-erat, seolah tanpa kata mengatakan, "Aku di sini, Kak. Aku bersamamu."

Lihat selengkapnya