FAHRI, MALAIKAT KECIL KAMI YANG MENGARUNGI BADAI HISPRUNG

Mada Elliana
Chapter #9

Menjelang Detik Terakhir

Waktu berlalu dengan cepat, diiringi denyut harapan yang tak pernah padam. Enam belas minggu, atau sekitar empat bulan, telah Fahri lalui dengan kantong stoma yang setia menempel di perutnya. Setiap hari adalah latihan kesabaran dan ketabahan, baik bagi Fahri maupun Rina dan Satria. Mereka terus-menerus memantau kesehatan Fahri, memastikan ia cukup makan, istirahat, dan tidak mengalami komplikasi apa pun. Mereka tahu, semakin baik kondisi Fahri, semakin cepat pula ia siap untuk operasi kedua, operasi penutupan stoma yang akan mengakhiri penderitaannya.

Akhirnya, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Telepon dari rumah sakit berdering, membawa kabar gembira yang sudah lama dinantikan. Jadwal operasi kedua Fahri telah ditetapkan. Jantung Rina berdebar kencang, kali ini bukan karena takut, melainkan karena lega dan bahagia. Tanggal operasi itu jatuh pada hari Jumat, tanggal yang secara kebetulan bertepatan dengan hari istimewa dalam kepercayaan mereka.

Segala persiapan pun dimulai kembali. Satria mengurus administrasi dan cuti kerja. Rina mulai menyiapkan barang-barang Fahri, memilih baju kesayangan Fahri untuk dipakai sepulang dari rumah sakit nanti. Ada semangat baru yang menyelimuti rumah mereka. Faiz pun ikut antusias, ia sering bercerita kepada teman-temannya bahwa "Kak Fahri mau operasi lagi, nanti perutnya sudah tidak ada kantongnya!"

Harapan besar menyelimuti seluruh keluarga. Operasi kedua ini adalah puncak dari penantian panjang, janji akan kehidupan normal yang telah lama mereka dambakan untuk Fahri. Mereka membayangkan Fahri akan kembali bisa buang air besar secara alami, tanpa kantong yang kadang bocor atau bau. Ia akan bisa berenang bebas tanpa khawatir, mengenakan pakaian apa pun yang ia mau, dan bermain tanpa ada batasan fisik yang mengganggu.

Bagi Rina, ini adalah harapan akan kembalinya senyum polos Fahri yang seutuhnya, tanpa beban. Ia membayangkan Fahri yang lincah, tanpa perlu sering-sering ke toilet atau merasa tidak nyaman. Ia ingin melihat Fahri sepenuhnya bebas dari penyakit yang telah menggerogoti tubuh mungilnya. Satria pun memiliki harapan yang sama. Ia berharap Fahri bisa kembali fokus pada sekolah dan impiannya, tanpa terbebani oleh kondisi kesehatannya.

Mereka berdua sering berbicara tentang masa depan Fahri setelah operasi ini. Bagaimana Fahri akan tumbuh menjadi remaja yang sehat dan percaya diri, mengejar cita-citanya tanpa hambatan. Harapan ini menjadi penguat bagi mereka, memompa semangat untuk menghadapi operasi yang akan datang. Mereka tahu bahwa operasi ini, meskipun kecil, tetap memiliki risiko, namun harapan akan kesembuhan total jauh lebih besar daripada ketakutan itu. Mereka yakin, ini adalah langkah terakhir menuju kemenangan Fahri atas penyakit Hisprung.

Pagi hari di hari Jumat yang dinanti, Rina dan Satria membawa Fahri ke Rumah Sakit Immanuel dengan hati yang dipenuhi doa. Fahri juga terlihat bersemangat, ia ingin cepat-cepat bisa bermain bola tanpa kantong di perutnya. Prosedur pra-operasi dijalankan seperti biasa: cek darah, pengukuran vital, dan konsultasi terakhir dengan Dokter Faisol. Fahri, yang sudah terbiasa dengan rutinitas rumah sakit, menjalani semua itu dengan ketenangan luar biasa.

Dokter Faisol menjelaskan kembali prosedur operasi penutupan stoma (reversal kolostomi). Ini adalah operasi yang lebih sederhana dibandingkan operasi pertama. Dokter akan menyambungkan kembali usus Fahri yang sehat ke bagian rektum yang sebelumnya terputus, dan kemudian menutup lubang stoma di perut Fahri. Proses ini diharapkan memakan waktu yang lebih singkat.

Namun, takdir berkata lain.

Lihat selengkapnya