Faiq, sang Konseptor B.A.H.A.G.I.A.

Mahabb Adib-Abdillah
Chapter #1

Mukadimah

“ALFATIHAH!”

Guru Gamala bersaur kepada khalayak di dalam rumah salah seorang sahabat lamanya, yang telah disulap menjadi ruangan pengajiaan. Hanya ada bentangan tikar anyaman, ambal atau permadani buatan Turki, ditambah karpet halus yang jarang digunakan, dan ditambah beberapa sejadah serta belasan keler kuekuean dan puluhan cup air mineral. Perabotan antik, seset sofa tamu, gucigucian, lemari hias, meja souvenir, televisi 32 inc dan perlengkapan hiburan yang biasa tertata rapi di ruangan bercat biru telur asin sengaja dipindahkan. Karena malam ini adalah tahlilan hari ketujuh wafatnya sang pemilik rumah.

Para pelayat, sanak keluarga, tetangga dekat, sahabat, dan tamu pengajian langsung melapazkan hadiah surat Alfatihah dengan serempak lagi khusyuk. Pemimpin tahlilan sendiri adalah guru spiritual almarhum yang seharisehari berstatus teman seperjuangannya. Keduanya bersahabat sejak masih bujangan.

Sepasang mata Guru Gamala berkacakaca, air mata kesedihan mulai berjatuhan bersamaan dengan keringat dingin yang mengucur dari semua poripori tubuhnya, tapi kefokusan terhadap niatnya hadir jauhjauh dari luar kota malam ini tiada mengendurkan semangatnya. Satu jam setengah ia memimpin tahlil malam terakhir dan pembacaan surat Yasiin. Semua yang mengikuti pengajian terbawa hanyut oleh kedalaman dan kefasihan bacaannya. Mereka melantunkan kesedihan bukan sebab kehilangan tapi merasa siap jika sewaktuwaktu dipanggil.

Haji Ahmadi Subali adalah pemilik sekaligus kepala rumahtangga di rumah lama peninggalan penjajah Belanda di daerah Buah Batu kota Bandung ini. Mantan preman yang kemudian bertaubat dan membuka usaha tour and travel serta kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) dan paket umrah. Guru Gamala sendiri salah seorang ustadz yang jadi pembimbing jemaah haji atau umrahnya. Pembinanya terdapat tiga tokoh: seorang pejabat teras yang juga ulama di kota Bandung, seorang kyai di salah satu pondok pesantren lama di Kabupaten Garut, dan seorang pengusaha chiness yang mualaf sebagai konsultan bidang keuangan. Di malam ketujuh pupusnya, banyak sekali pihak dan kolega yang kehilangan figur kharismatik dan humoris ayah tiga putra ini, Haji Ahmadi Subali bin Onih Bagjani, atau di kalangannya dikenal dengan nama Mat Bedil. Selain pihak keluarga dan kolega wirausahanya, bagian yang paling kehilangan adalah para preman insyaf yang lebih dari 12 orang turut hadir mengikuti pengajian barusan.

Rumah almarhum mulai ditinggalkan para jemaah pengajian. Doa untuk keikhlasan dan ketabahan keluarga yang ditinggalkan dan khusnul khatimah bagi almarhum terus menyelimuti. Hanya tinggal keluarga inti dan beberapa saudara serta Guru Gamala dan salah seorang pembina ketiganya Koko Teng Oeydjin yang bertahan di ruangan itu. Istri dan ketiga putra Mat Bedil masih larut dalam kesedihan. Terlalu cepat sang lokomotif keluarga meninggalkan mereka. Terlebih bagi putraputri itu yang masih butuh banyak biaya hidup dan sekolah. Bagi sang istri sendiri yang baru saja memulai keharmonisan rumahtangga akhirakhir ini.

Lihat selengkapnya