BLAM!!!
"Fairy Valerie!!!"
Sebuah penghapus papan tulis melayang ke atas meja, tepat mengenai sasaran kepala seorang cewek yang tengah tertelungkup karena tidur. Cewek itu menegakkan kepalanya seiring dengan tawa seisi kelas. Meski begitu, sama sekali tidak ada ekspresi malu di wajahnya, yang ada hanyalah wajah datar dan dingin yang begitu angkuh.
"Fairy, sudah berapa kali Ibu bilang kalau ini sekolah, bukan hotel! Kenapa kamu selalu saja tidur di jam belajar?" Bu Inggit adalah Guru Sejarah yang teramat bengis.
Cewek bernama Fairy itu justru melipat tangan di depan dada, menatap Bu Inggit tanpa rasa bersalah.
"Fairy Valerie, Ibu sedang bicara sama kamu!!" bentak Bu Inggit lagi.
"Saya dengar kok, Bu. Malah saya pikir Ibu yang nggak denger suara Ibu sendiri, sampe harus teriak-teriak," jawab Fairy.
Seisi kelas gempar dibuatnya. Fairy memang terkenal sangat berani pada guru. Baginya, bila dikeluarkan dari sekolah, maka dia akan cari sekolah baru, tidak begitu susah. Dia pintar, sekolah selalu mendapatkan penghargaan atas kepintarannya memenangkan olimpiade sains. Pintar dan Bad Girl, dua hal yang sangat tidak match bersanding di dalam tubuh seorang Fairy Valerie.
"Awas kamu, ya!" ancam Bu Inggit dengan wajah merah menahan kesal. Dia bukannya tidak berani pada Fairy, namun seperti apa pun cewek itu dihukum, dia tetap saja bandel dan membuat kepala para guru semakin sakit.
"Semuanya perhatikan!" teriak Bu Inggit pada semua murid di kelas itu.
Semua langsung berhenti membicarakan Fairy dengan mengganti topik ke yang lebih menarik. Bukan topiknya, tapi objek dari yang dibicarakan itu yang sangat menarik.
"Di sebelah Ibu ini ada murid baru pindahan dari SMA Cipta Bangsa. Silakan kamu perkenalkan diri kamu." Bu Inggit mempersilakan cowok yang sejak tadi hanya diam dengan wajah datar untuk memperkenalkan diri.
Cowok yang sejak tadi memandang tingkah Fairy lantas menoleh pada Bu Inggit dan mulai memperkenalkan dirinya. "Nama saya Sagara Arsenio, panggil saja Saga, saya pindahan dari SMA Cipta Bangsa."
"Ibu berharap kalian menerima Saga dengan baik dan mau membantu dia mengejar ketertinggalannya dalam belajar," ujar Bu Inggit dengan serius.
Bisik-bisik menyebutkan nama Saga pun mulai terdengar heboh. Cowok tampan itu langsung membuat siswi satu Airlangga kejang-kejang. Selain tampan, dia juga cool.
"Baiklah Saga, kamu boleh duduk," suruh Bu Inggit.
Saga mengangguk. Satu-satunya kursi yang masih kosong adalah di sebelah sang trouble maker, Fairy. Saga menghela napas, namun terpaksa melangkah menuju ke sana.
"Hai, Saga!" sapa seorang cewek berpita merah jambu saat Saga melewatinya.
Sama sekali tak ada senyum di bibir Saga, menoleh saja tidak. Meski begitu, tipikal seperti Saga inilah yang akan membuat penasaran.
Tanpa sapaan sama sekali, Saga duduk di kursi kosong itu. Dia tak menoleh sedikitpun, begitu juga dengan Fairy.
"Dua kulkas bersanding," bisik salah seorang siswa.
"Brrrrr," sahut yang satunya lagi.
Tawa mereka pun meledak.