Faith

Aque Sara
Chapter #1

1

30 Juli 2020

Aku kasihan sekaligus bersyukur dengan keadaan Ayah sekarang.

Ayah yang dulunya berjalan gagah, kini harus tertatih-tatih sambil tangan kanannya memegang tongkat bambu. Ayah yang dulunya suka membentak, kini untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata saja sulitnya minta ampun. Bibirnya mencong, bicaranya tidak jelas, lebih mirip orang meracau. Ayah yang dulunya spontan melotot menyeramkan tatkala omongannya dibantah, kini amat sukar untuk mengenali orang. Pengelihatannya menurun drastis.

Strok, begitu kata dokter. Ya, strok yang tanpa permisi langsung mengubah banyak hal.

Mak Mi—istri siri Ayah—bilang kalau Ayah terkena karma. Sulit bagiku untuk sependapat dengannya karena di agamaku tidak mengenal yang namanya karma.

Tetapi seburuk apapun keadaan Ayah sekarang, tetap ada bagian yang membuatku bersyukur, yakni sikapnya yang tidak lagi terlalu menyebalkan. Lebih kalem, lebih bersahabat. Ayah bukan lagi seorang diktator bengis yang doyan memaksakan kehendak atau si ahli khurafat yang terlampau memuja keris-kerisnya.

Ayah memang punya tiga bilah keris lengkap dengan sarungnya. Entah dapat dari mana—yang pasti bukan dari Mpu Gandring. Ketiga keris itu kini teronggok bisu di kamar belakang.

Lihat selengkapnya