Faith

Aque Sara
Chapter #19

19

Seminggu berlalu.

Sejak Si Kecil pulang dari rumah sakit, rumah Catri ramai oleh tetangga dan kerabat yang ingin melihat Si Kecil.

Luka operasi Catri juga sudah berangsur membaik. Dia sama sekali tidak kesulitan menyusui Si Kecil.

Alhamdulillah.

Satu hal yang membuatku risi adalah kamar tempat menaruh Si Kecil. Di atas kasur terdapat ember berisi bunga tujuh rupa, beberapa macam bumbu dapur, sisir rambut, gunting, dan entah benda-benda apa lagi. Sedikit pun aku tidak bertanya tentang itu. Malas berdebat dengan Mak Asih. Buang-buang waktu. Lagi pula, menahan amarah bukanlah perkara gampang. Jadi, ya biarlah.

"Lha, Si Kecil kok cantik sih, Mbak," kata Zahra. Dia datang bersama Lik Nur dan Naila, balitanya yang kini berumur satu tahun lebih.

Naila sudah bisa berjalan sendiri meskipun sesekali masih harus dipegangi. Yang pasti, dia takut terhadap Mak Asih. Mungkin karena Mak Asih kalau bicara sering sambil melotot.

Tadi Naila juga menangis sampai meraung-raung ketika didekati Mak Asih. Tetapi untunglah sudah anteng. Digendong Lik Nur dia sekarang, sedang disuapi bubur kacang hijau.

"Ini cowok, bukan cewek." Catri tertawa.

"Iya. Tetapi cantik." Zahra menciumi pipi Si Kecil.

"Masa anak cowok dibilang cantik." Tawa Catri semakin lebar.

Anakku cantik?

Aku tersenyum.

***

Pasar ikan di Rawa Bureng tidak begitu ramai. Letaknya persis di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Gondanglegi dan Kecamatan Kepanjen. Hanya ada beberapa lapak pedagang yang semuanya terbuat dari bambu. Para pedagang bilang, mereka suka khawatir dengan lapak dagangan mereka. Pasalnya, lapak-lapak itu seakan mau roboh setiap kali ada angin kencang berhembus.

Ikan-ikan yang dijual di sini diperoleh dari Waduk Sengguruh. Mayoritas merupakan ikan air tawar seperti patin, nila, mujaer, dorang, dan wader. Udang juga ada meskipun tidak sebanyak ikan. Yang pasti, semua ikan dan udang yang dijual di pasar ini dijamin masih segar. Beberapa bahkan masih hidup, ditaruh di dalam bak besar yang dilapisi terpal.

Aku melangkah menuju lapak berikutnya. Sudah dua lapak yang kudatangi, dan aku belum mendapatkan apa yang kucari.

Lihat selengkapnya