"Aku baik," sahut Fadhil. "Kamu gimana kabarnya Nadia?"
Fadhil memegang kedua belah pipi wanita di hadapannya, seraya memberi tatapan penuh kerinduan.
Apa kalian masih ingat siapa Nadia? Pasti ingat, sakitnya Austin saat Nadia datang?
"Aku baik mas," sahut Nadia lirih.
Fadhil menghamburkan dirinya ke kursi, Nadia turut ikut. Pelayan datang membawa baki yang sudah tidak lagi kosong. Pelayan itu menata makanan di baki rapi di meja nomor 25.
Fadhil menatap Nadia serius, seraya memberi sedikit senyum, Nadia turut ikut, dan mata mereka bertemu.
"Kamu sekarang tinggal di mana?" tanya Fadhil.
"Aku tinggal di kontrakan kecil mas, suami aku pergi ninggalin aku, dan hidup aku jadi blangsak mas!" tutur Nadia menggoda.
Sayangnya, Fadhil masih menyayangi Nadia, sehingga ia tidak akan membiarkan wanita itu terlantar terlalu lama.
"Hmmm, gimana, kalo kamu tinggal di rumah aku?" tawar Fadhil.
"Kamu serius mas? Nanti istri kamu gimana?" tanya Nadia, seraya memperlihatkan wajah resah.
"Udah, jangan pikirin istri aku, yang penting sekarang, kamu gak blangsak sayang!" ungkap Fadhil. Nadia mengangguk hebat, bibirnya terangkat membentuk senyuman picik.
*****
Fadhil membuka pintu, dan berlari ke pintu satunya, membukakan pintu untuk Nadia.
Nadia keluar seolah istri dari seorang Fadhil. Lengan Fadhil melengkung, membentuk lubang kecil untuk tangan Nadia memegang.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Dengan wajah tanpa dosa Nadia berjalan masuk seolah itu semua adalah miliknya.
Austin turun dari tangga, berjalan sangat cepat menghampiri kedua orang yang masih diambang pintu.
"Ini siapa mas?" tanya Austin, seraya menunjuk wanita di samping sang suami.
"Kamu lupa sama aku?" sahut Nadia, memberikan senyuman piciknya.
Austin mencoba mengingat keras, sampai akhirnya ia ingat, kejadian waktu ia melahirkan dan datang seorang wanita membawa kantung kresek berisi dua bubur ayam.
"Kamu yang mau ngancurin hubungan aku?" decak Austin. "Ngapain kamu ke sini? Belum puas bikin orang menderita? Hah?" cecar Austin, emosinya sudah memuncak sejak ia mengingat wanita itu.
"AUSTIN!!! Jaga bicara kamu! Kalo kamu gak suka Nadia di sini, pintu rumah ini terbuka kalo kamu mau keluar dari rumah ini!!" bentak Fadhil. Austin hanya merunduk ketakutan.
Fadhil menerobos masuk, dan meninggalkan Austin dan Nadia diambang pintu.
"Siap-siap ya!" bisik Nadia sambil melewati Austin.
Austin berlari kencang menaiki tangga, menuju kamar putranya sambil menitikan air mata.
Austin membuka pintu kamar putranya pelan, dan melihat Sultan yang sudah tergeletak di bawah kasur.
"Sultan!" pekik Austin, seraya berlari tergopoh-gopoh.
Austin memegang wajah Sultan, dan mendapati hidung Sultan yang keluar darah.
Austin menggoyangkan tubuh Sultan, anak itu terlihat lusuh, dan wajahnya pucat.