Pentas.
Suasana aula sangat berisik sembari menunggu pentas, April bersama Jojo dan Jeje mah duduk aja diam. Sebenarnya April bukan nya hanya bersantai untuk menonton pertunjukkan. seseorang pengusaha besar datang ke sekolah itu, Rou tau lelaki muda itu adalah pengusaha muda sukses yang entah mengapa menjadi seorang donatur di sekolahnya. Tentu saja semua fasilitas baik di sekolah ini juga atas kerja sama mereka yang baik.
Orang itu mendapat tempat duduk paling terdepan, sebentar lagi dirinya akan memberi beberapa ucapan sepatah kata untuk sekolah ini, entah lah sebagai apa namun gadis gadis banyak yang tertarik dan mendekat, dirinya tampan. Sebut saja seperti itu.
Seperti biasa petinggi petinggi perusahaan mencapaikan ucapan ucapan sampah nya, begitu memuakkan. Apa lagi sang ayah yang sudah lama tak pulang ke rumah tiba di sini, satu sekolah geger karena kedatangan pemilik sekolah, April? Biasa saja, bahkan dirinya sudah tak menganggap ayah nya ada.
Tujuan utama April hanya bertemu Alex, lelaki tampan yang mendonasikan sebagian besar pada sekolah ini dan menonton pertunjukan Steve. Itu saja.
"Kak, jangan tidur." Jeje melambaikan tangan nya di depan mata April yang sudah hampir terpejam.
"Hmm." Balas April seadanya dan berusaha kembali membuka matanya, April menangkap pergerakan aneh dari Alex langsung saja April mengikuti Alex keluar dari ruangan dengan alasan ke toilet.
Jiwa kepo April meronta ronta. "Sudah saya bilang, rapat hari ini dibatalkan bagaimanapun juga!" Ucap Alex yang tampak marah, mengapa dirinya sebegitu ingin nya datang ke pentas sekolah nya. Aneh sekali segitu bagus kah sekolah ini? Atau dulu dia sempat sekolah disini? April rasa tidak mungkin minimal lelaki seperti itu bersekolah di sekolah luar negeri.
"Puas menguping pembicaraan saya nona." April tersentak saat menyadari bahwa Alex sudah tidak berada di tempat awalnya. April tak takut hanya saja dirinya tak mau terlaku dekat dengan Alex dan memundurkan tubuhnya.
"Apa ada yang ingin anda tanyakan?" Tanya Alex lagi.
"Jika boleh bertanya. Mengapa anda menjadi donatur di sekolah ini tanpa ada alasan sedikit pun?" Tanya April, dirinya tak pernah tertarik dengan sekolah ini dan tiba tiba dia tertarik pada salah satu donatur sekolah ini? Ini jauh lebih aneh.
"Mengapa anda memberikan uang sebanyak itu untuk sekolah sampah ini?" Tanya April tak tahu diri, terlihat Alex sedikit tersentak kaget namun tak merubah ekspresi wajahnya, datar. Begitu pula April yang kaget sendiri atas ucapan nya, mengapa mulutnya tak bisa dikontrol setidaknya tidak menjelek jelekan sekolahnya sendiri.
"Kalau saya tidak salah anda adalah putri dari pemilik sekolah bukan?" Tanya Alex yang dianggukki April kukuh.
"Kenapa anda tidak menanyakan hal itu pada ayah anda sendiri." Malah untuk berbincang lebih panjang Alex memutuskan untuk meninggalkan April sendirian.