Fake Me vs Real Me

Seira
Chapter #2

Bab 1

Hari ini adalah hari pertamaku masuk TK. Karena mamaku tidak begitu sibuk, selama ini aku belum pernah dimasukkan ke tempat penitipan anak. Itulah sebabnya, aku merasa agak gugup.

Selama ini aku tidak pernah bermain atau bahkan bertemu dengan teman yang seumuran denganku, kecuali Yoru – anak sahabat papa dan mama yang sudah kukenal sejak lahir.

Berhubung sejak lahir keluargaku tinggal di rumah yang sama dengan keluarga Yoru, hubunganku dengan Yoru sudah seperti layaknya anak kembar yang tak terpisahkan. Tidak heran jika sekarang aku dan Yoru selalu menempel kemana –mana, seperti saat ini, tepat di depan pintu kelas baruku.

“Waaah, waaah... Selamat datang! Kalian kembar ya?” tanya seorang wanita paruh baya yang sepertinya merupakan guru baruku.

Karena bingung harus mengatakan apa, aku pun hanya diam sambil melihat ke arah wanita itu dengan tatapan bingung. Beliau pun segera menyuruhku untuk duduk di bangku yang kosong. Bisa kulihat ada beberapa anak-anak yang tingginya tidak jauh beda dariku, sedang duduk menyebar di kursi yang telah disediakan.

Setelah menunggu beberapa saat, pelajaran pertamaku pun dimulai dan wanita tadi meminta kami untuk memberitahu siapa nama kami.

“Namaku Kawano Yoru.” Tepat setelah Yoru berkata demikian, tibalah giliranku untuk menyebutkan namaku. Dengan lantang aku pun menyebutkan namaku, “Aku Roxane. Roxane Lucienne.”

Jujur aku bingung. Setelah aku mengenalkan namaku, semua murid mulai berkasak kusuk. Bahkan aku juga melihat guru baruku ikut kebingungan setelah mendengar namaku.

Heiii, heii, kenapa mereka bereaksi begitu sih? Memang namaku seaneh itu ya? Aku tahu, memang agak berbeda dengan nama Yoru, dalam namaku tidak ada nama keluarganya. Tapi memangnya seaneh itu?

“Roku[1]? Sen[2]?” begitulah kasak-kusuk dari teman-teman baruku dimulai.

“Itu namamu?”

“Namamu aneh!”

“Aku sering mendengar ayah dan ibuku sering mengatakan hal itu.”

“Aku tahu! Ayahku pernah bilang, itu artinya enam ribu!” dan setelah kalimat itu muncul, seisi ruangan langsung dipenuhi dengan tawa.

“HAHAAAHAHAHAHAHA!”

Hanya Yoru dan aku yang tidak ikut tertawa di sana. Tentu saja. Aku bahkan tidak tahu dimana letak keanehan namaku. Jadi kenapa aku harus ikut tertawa?

“Apa itu benar-benar namamu, nak?” tidak hanya murid-murid, bahkan guru baruku pun meragukan namaku.

Lihat selengkapnya