Fake World

Springkel9
Chapter #3

Home

Kepala Aurora berdegung keras saat dia bangun. Matanya berkedip berulang kali sebelum bisa menyesuaikan dengan cahaya biru di dalam ruangan yang ditempati. Jelas saja dia tidak tahu di mana sekarang dia berada. Saat, Xavier dan Meggan membawanya ke dalam mobil, kedua matanya dibalut oleh kain hitam bertekstur padat, tidak ada cela sama sekali baginya untuk Melihat keluar.

Aurora mengutuk dirinya sendiri, dia seharusnya terjaga di dalam mobil sehingga bisa mengalkulasikan jarak dari Mansion ke tempat ini, dan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk bisa sampai, jadi dia tahu di mana dia berada, karena dia sudah menghafal hampir semua tempat di seluruh pulau, dia suka treveling.

Kedua tangan Aurora merapat di kepala, perlahan dia memberikan pijatan lembut agar kesadarannya pulih sepenuhnya. Aroma blueberi dari lilin yang menyala di tepi jendela kaca yang tertutup membaui udara. Aurora tidak menyukai aroma manis berlebihan, dan lilin di sana membuatnya mual dan ingin segera berlari keluar segera.

Matanya perlahan menjelajah isi ruangan, ini sebuah kamar. Tidak begitu buruk, artinya orang-orang yang sudah membawanya kemari akan memperlakukannya dengan baik.

“Di mana ini sebenarnya?” kata Aurora serak. “Apa hubungan antara orang-orang ini dan Ayah?” pertanyaan itu membuat kepalanya berdegung nyaring. Dia membenamkan jemari ke dalam helaian rambut hitam dan panjangnya.

Matanya kembali melihat isi kamar sempit ini. Jantungnya seolah melompat saking terkejutnya melihat tumpukan barang di meja di depan tempat tidur. Barang-barang di sana semuanya adalah benda-benda yang dipercaya memiliki kekuatan magis, termasuk boneka voodo, cawan-cawan tua, boneka kayu, tanaman herbal berbentuk aneh dan banyak lagi, semuanya saling menumpuk. Di sisi lain, ada deretan snow globe dan bola kristal ala peramal.

“Jordan,” nama itu mendadak terlintas di kepala. kerinduan membuncah dan tumpah ruah berupa tangis di pelupuk mata.  Lagi-lagi Aurora membenamkan jemarinya ke dalam helaian rambut dan menekan kepalanya kuat. Dia sangat bisa berharap bisa melakukan telepati dan berbicara dengan kekasih kesayangannya itu.

Jordan Emerson, pria itu salah satu polisi bagian penyelidikan. Wajahnya menangkan dengan mata abu-abu yang selalu membuatnya bergidik saat beradu tatap.

Lihat selengkapnya