Fall Down Art

Elaris Septembre
Chapter #9

Partiture Eight - Schubert

Hari ini terasa seperti daun kering yang melayang terlalu pelan.

Aku tidak tahu apakah ini hari Senin, Selasa, atau hanya, "Hari ke lima belas di mana Rui mengikutiku lagi."

Dia masih mengikutiku. Tapi hari ini... aku tidak lari.

Aku tidak sembunyi di balik tirai ruang laundry, atau di bawah rak wig rusak milik teater. Aku hanya... membiarkannya ada di sana. Seperti bayangan di belakang cahaya.

Tapi aku lelah. Bukan karena dia. Tapi karena semua bisik-bisik itu. Murid-murid yang melihatku seperti aku kotor. Seperti aku salah. Seperti aku terlalu aneh untuk mereka, atau terlalu “berbeda” untuk dianggap manusia.

Aku duduk sendirian di halaman belakang gedung musik, tepat di bawah pohon maple yang daunnya mulai menguning. Tempat ini sepi. Tidak ada yang ke sini kecuali tupai dan... mungkin, perasaan-perasaan yang tak pernah selesai.

Di pangkuanku, buku partitur kecil milikku terbuka. Aku menulis tiga not yang tidak terhubung. Mereka berdiri sendiri. Seperti aku.

Seseorang duduk di sebelahku. Tidak berkata apa-apa. Hanya duduk.

Aku bisa mencium aroma familiar—aroma cat minyak dan canvas kering. Rui.

Aku tidak menoleh. Tapi aku tahu dia memperhatikanku.

“Apa kau bisa... tidak mengikuti aku terus?” Suara itu keluar dari mulutku sendiri. Pelan. Tak berani. Tapi nyata.

“Aku tidak mengikuti,” jawabnya. “Aku hanya... di dekatmu.”

Aku menoleh pelan.

“Apa kau tidak ada kelas?”

“Aku mengikutinya saat kau juga kelas.”

Lihat selengkapnya