Perlahan nina mengintip dari sudut jarinya untuk memastikan kevin masih sempurna mengenakan baju.
"Otak lo jangan negative, gue gk niat buat macem-macem" Ucap kevin setelah selesai menaruh dasi.
"Gue bukan berpikir negative, tapi gue cuma waspada doang"
"Sama aja"
"Lagian lo pake bawa gue ke kamar lo, kenapa gak di luar aja"
"Biar intens"
"Sebenernya lo ngapain sih bawa gue ke sini?"
"Nih" Ucap kevin memberi buku tulis di depan nina.
"Apaan nih?" Nina makin herat dengan kevin yang tiba-tiba memberikan ia buku tulis.
"Buku"
"Gue juga tau ini buku, tapi maksud lo apa ngasi gue beginian?"
"Ajarin gue fisika!" Ucapnya yang duduk di depan nina, lebih tepatnya di meja belajar yang mempunyai empat kursi.
"Gak!"
"Inget, lo masih punya utang"
"Tapi kan-" Rengek nina.
"Oh jadi... Lo gak mau"
"Iya deh iya, gue ajarin" Terpaksa.
Nina sedang mengajari kevin materi fisika. Mereka terlihat sangat khusuk. Walaupun terpaksa, nina mengajari kevin materi yang dia kuasai, begitu juga dengan kevin, dia terlihat fokus memperhatikan apa yang nina sampaikan.
Lo lebih manis kalo di liat dari deket. -batin kevin.
"Sampai sini, ada yang belum paham" Tanya nina memastikan apakah kevin sudah paham apa yang ia jelaskan tadi.
Tak ada jawaban, kevin malah diam entah memikirkan apa.
"Vin, woy!"
"Eh-knp?" Balasnya yang mulai sadar.
"Lo paham gak sama apa yang gue ajarin?"
"Iya, gue paham. Penjelasan lo singkat tapi gue paham"
"Syukur deh, gak sia-sia gue ngomong dari tadi"
Tak terasa sudah jam 18:45, biasanya jam segitu bunda sudah sibuk menelponnya, namun kali ini tidak.
"Kalo gitu, gue pulang dulu ya" Ucapnya sembari memasukan buku dan bolpoinnya ke dalam tas.
"Gue anter ya"
"Gak usah, ntar gue ngutang lagi"
"Gratis"
"Gak usah vin, ngerepotin"