Fall in Love with Devils

judea
Chapter #15

Melly

Ada sesuatu yang sangat menarik perhatianku kepada dua perempuan di kolam renang tadi. Seorang petugas resepsionis hotel dan seorang tamu hotel. Mereka duduk bersama dan terlihat mengobrol. Namun, dari gerak-gerik mereka aku bisa memastikan bahwa mereka baru saja saling mengenal. Apa yang kira-kira mereka perbincangkan sore tadi? Aku berbaring di atas tempat tidurku hanya memikirkan pemandangan yang tadi aku lihat. Kepalaku hanya dipenuhi dan disibukkan memikirkan dua sosok perempuan yang tidak kukenal. Kenapa juga aku harus pusing-pusing memikirkan mereka? Aku tidak kenal mereka sama sekali dan apa pun yang dilakukan atau diperbincangkan oleh mereka juga tidak akan berdampak apapun pada diriku. Kupejamkan mataku, berusaha sekuat tenaga mengenyahkan pikiran terhadap mereka. Sialnya, bayangan kedua wajah itu tetap saja muncul. Kedua wajah yang bahkan sangat asing untukku!

Aku bangun terduduk dan meraih ponselku. Instingku mendorongku untuk mencari Instagram official hotel The Rich Lotus, dan mencari tahu si petugas resepsionis itu. Entah setan apa yang merasuki pikiranku saat itu sehingga aku bisa berpikiran untuk men-stalk orang asing. Kuketikkan nama hotel The Rich Lotus Yogyakarta di kolom pencarian Instagram. Whoop! Tidak ada sedetik, beberapa alternatif pilihan muncul. Dengan satu sentuhan pada layar ponsel terbukalah akun resmi hotel bintang lima itu. Foto yang dipostingnya cukup banyak, ada sekitar 500 foto. Kebanyakan fotonya adalah foto-foto ruangan, kamar, café, wedding party dan pool-nya. Beberapa foto memang menampilkan para stafnya, tapi hanya beberapa, dan tidak ada wajah yang kucari itu. Inisiatifku tidak berhenti sampai di situ. Kulihat foto-foto yang ditandai ke akun hotel tersebut. Gotcha! Finally, aku menemukan satu foto yang menampilkan jajaran para petugas resepsionis hotel dan aku mendapatkan wajah yang kucari. Sebuah senyuman terukir di wajahnya. Senyuman palsu. Sorot matanya tidak menunjukkan kebahagiaan, melainkan menunjukkan sesuatu yang disembunyikan. Kali ini keberuntungan sepertinya sedang berbaik hati dan berpihak padaku. Nama perempuan itu Mitha. Aku mencoba melihat isi akun Instagram Mitha, tapi sayang sekali akun itu berada dalam mode privasi.

Aku mendengus kesal. Mau tidak mau aku harus mem-follow-nya. Beberapa saat aku menimbang dan memikirkan apakah aku perlu mengikutinya di Instagram. Apa tujuanku sebenarnya? Hmmm… Tidak ada tujuan apapun. Just out of curiosity. Akhirnya kuputuskan untuk menyentuh pilihan “follow” di Instagram. Keterangan yang kulihat di bio-nya tidak terlalu menunjukkan siapa dirinya. Hanya bertuliskan quote cinta murahan. Aku tenggelam dalam diam sesaat, meragukan keputusan sintingku yang serba kuputuskan dengan cepat. Sebelum aku sempat mendebat diriku sendiri, bunyi ketukan pintu kamar kos membuat pikiranku buyar. Siapa yang datang? Sepertinya Brian tidak mengatakan padaku kalau dia akan datang kemari.

“Ya? Siapa?” teriakku dari dalam kamar. Salah satu kebiasaan alias aturan wajib tak tertulis bagiku untuk selalu menanyakan dari dalam kamar dulu siapa yang ada di luar sana sebelum membukakan pintu.

“Aku, sayang!” Suara Brian terdengar sangat riang dari luar sana.

Aku segera beranjak dari atas tempat tidur dan membuka pintu kamar. Sedetik kemudian wajah sumringah seorang Brian sudah terpampang di hadapanku. Tepat di hadapanku. Hanya berjarak kurang lebih sepuluh centimeter. Senyum lebar mengembang di wajahku.

Tumben datang ke sini nggak berkabar dulu?” Aku membuka pintu lebih lebar lagi dan mempersilakannya masuk. Dia melangkah mengikuti komandoku. Pintu kututup sesaat setelah dia melangkah masuk. Aroma parfumnya yang sangat maskulin memenuhi ruangan kamarku seketika dalam hitungan detik setelah dia masuk ke dalam kamar. Dia membawakan dua rice cup black pepper chicken kesukaan kami.

Surprise! Nggak boleh?” sahutnya sambil melepaskan jaket jeans biru tuanya dan menggantungnya di gantungan baju. Tangannya dengan sigap meraih remot TV dan menyalakan benda yang menggantung di tembok kamar tersebut. Setelah menggonta-ganti channel, dia memutuskan untuk berhenti pada channel yang menayangkan talkshow dengan host yang cukup ternama di Indonesia. Kami berbaring bersebelahan di atas tempat tidurku menonton talkshow sambil menikmati rice cup. Seperti biasa, aku selalu menghabiskan makananku lebih dulu daripada Brian. Brian tersenyum melihat makananku sudah habis terlebih dahulu, lalu dia beranjak dari tempat tidurku dan meletakkan makanannya di atas meja.

Lihat selengkapnya