Tidak kusangka dia datang menemuiku ke sini. Kukira dia tidak akan datang karena jam sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Awalnya aku berniat pulang saja jika dia tak kunjung datang sampai jam sebelas. Ternyata takdir berkata lain. Dia berjalan ke mejaku masih dengan seragam hotel yang lengkap, kecuali name tag.
“Maaf aku terlambat. Ada beberapa urusan yang harus diselesaikan setelah shift,” katanya sambil menjatuhkan pantatnya di atas sofa.
“Nggak apa-apa,” sahutku santai, “Pesan dulu, gih.” Aku menyodorkan buku menu padanya yang langsung disambutnya, kemudian aku berinisiatif memanggil pelayan.
“Jadi ada apa sebenarnya? Kenapa kamu mengajakku bertemu?” Tak kusangka dia sangat bold dan to the point. Pertanyaannya sedikit membuatku terusik. Timbul perasaan tersinggung dalam diriku karena aku merasa dia berasumsi bahwa aku punya niat jahat atau tujuan lain untuk bertemu dengannya.
Aku menggeleng dan meluruskan maksudku. “Aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya mengajakmu ke sini. Aku tidak memaksamu. Kau boleh datang, boleh tidak. Tidak masalah. Aku tidak akan menyeretmu ke sini kalau kau tidak mau. Lagipula, tadi aku sudah hampir pulang karena sepertinya kau tidak akan datang dan aku sudah menunggu hampir satu jam.”
“Kalau aku tidak datang, kau akan mengirimiku DM dan menanyakan mengapa aku tidak datang. Kau akan menerorku.”
“Itu asumsimu.”
Dia menaikkan satu alisnya.
“Iya, itu asumsimu. Itu bisa terjadi dan bisa saja tidak. Lagipula, kalau akhirnya asumsimu lah yang benar, semua kembali lagi padamu apakah kau akan mengambil umpan tersebut.”