Fall in Love with Devils

judea
Chapter #42

Melly

Aku hanya bisa terduduk tak berdaya di apartemen kami. Entah kenapa tubuhku rasanya lemas, lelah sekali. Tidak biasanya aku seperti ini. Brian keluar dari dalam kamar mandi. Rambutnya masih basah. Melihatku terduduk lemas di sofa, dia mendekatiku.

“Mukamu pucat. Kamu sakit?” Tangannya memegang keningku, memeriksa suhu tubuhku.

“Hmm…” Aku hanya berdeham. “Sepertinya hanya kelelahan.” Brian mengangguk dan memberikanku segelas air putih sebelum masuk ke kamar. Aku meneguknya sedikit, tidak kuat jika harus menghabiskannya. Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Moodku juga terasa kurang baik akhir-akhir ini.

Brian keluar dari kamar dan langsung duduk di sampingku. Tanpa basa basi lagi dia memelukku, menciumi pipiku. Aku menghindar. “Aku sedang tidak enak badan, Bri.”

“Ada apa sih dengan kamu?” tatapannya mulai tak enak. Tatapan tak suka bercampur kesal.

“Kenapa?” aku balik bertanya padanya. Dia berpikir aku aneh dan lain sebagainya karena bereaksi seperti ini. Apa dia buta dan tidak bisa melihatku yang sedang lemas tak keruan? “Bisa-bisanya kamu masih tega memaksa?”

Dia berdiri, berjalan membelakangiku sambil memegangi kepalanya, kemudian dia membalikkan badannya. “Kamu mau aku sebarkan ke orang-orang apa yang sudah kita lakukan? Enggak, kan? Kalau enggak mau, kamu nurut kata aku!”

Mataku hampir saja copot dari kelopaknya. Jantungku terasa berhenti berdetak sesaat. Tubuhku kaku membeku karena apa yang dikatakannya baru saja. Tidak pernah terpikirkan olehku selama ini kalau dia akan mengancamku seperti itu. Aku tahu apa yang kami lakukan selama ini salah. Tapi, kenapa dia harus mengancamku seperti ini menggunakan alasan tersebut? Apakah dia hanya menganggapku sebagai tempat pelampiasan? Air mataku mengalir tanpa bisa terbendung lagi. Perasaanku benar-benar hancur. Hancur sehancur-hancurnya seperti kaca yang pecah dan jatuh berserakan di lantai. Aku tak bisa lagi memunguti setiap perasaan kecewa itu dan mengubahnya menjadi kemampuan untuk memaafkannya. Dia adalah pria yang kucintai dan kukasihi dengan tulus. Teganya dia memperlakukanku seperti ini.  

“Kenapa kamu begitu tega denganku?” tangisku mulai pecah dan volume suaraku meninggi.

Lihat selengkapnya