Apartemen Melly sudah ramai dengan polisi dan warga yang berkerumun ketika aku sampai di sana. Garis kuning polisi sudah dipasang di area parkiran samping. Membutuhkan effort lebih untuk bisa menembus kerumunan orang yang sudah memadat ini. Hatiku was-was, cemas. Aku tidak berharap itu adalah Melly, tapi aku tahu benar kalau firasatku berkata lain.
“Ada apa, Pak?” aku bertanya random pada bapak-bapak yang ikut berkerumun.
“Ada yang bunuh diri, Mbak. Loncat dari lantai atas.”
Mataku nyaris tak berkedpi mendengar jawaban bapak tersebut. Bayangan wajah Melly muncul seketika di hadapanku. Aku bergidik merinding.