Fall In You

Ainul Mardhiyyah
Chapter #1

Si Miskin Yang Katanya Tak Pantas Hidup

Katanya, termasuk menzalimi diri sendiri ketika seseorang menetap di suatu tempat yang membuatnya tersakiti. Namun terkadang, opsi pergi terlihat tak lebih baik dari memilih tinggal. Sebagian orang bahkan tak memiliki pilihan untuk pergi sebab kenyataan memaksa untuk tetap menetap. 


Aya menunduk, menatap sepatu putih lusuh yang dia kenakan, kemudian mendongak menatap pagar sekolah bercat hitam, lalu menunduk lagi. Jantungnya berdebar memikirkan hal apa lagi yang menunggunya hari ini. Kilasan tentang kejadian yang telah lalu membuat jantungnya berdebar. 


"Nggak apa-apa, Aya. Jangan takut. Lo nggak salah." Aya mengepalkan tangan, mencoba menguatkan hati. Kakinya perlahan terayun memasuki lingkungan sekolah yang luas, melewati parkiran yang sudah terisi beberapa mobil serta motor mewah milik para siswa.


Aya bukan murid populer, tapi kini setiap pasang mata yang dia lewati menatap dirinya. Bukan tatap kagum, tetapi tatapan jijik dan permusuhan.


"Dia murid pindahan itu, 'kan? Yang anak beasiswa?"


"Cih, percuma dikasih beasiswa kalau attitude nggak ada. Pencuri."


"Uang kas dicuri. Malu-maluin."


"Kalau gue jadi dia, mending nggak usah sekolah sekalian."


Aya tak berani mengangkat wajah sepanjang perjalanan menuju kelasnya. Hatinya panas, tapi tak mampu melakukan apa-apa. Percuma juga klarifikasi jika ujung-ujungnya tak akan ada yang percaya.


Begitu membuka pintu kelas, Aya disambut dengan guyuran air bekas pel yang tumpah dari ember di atas pintu. Aya mematung sesaat. Begitu menyadari seluruh tubuhnya telah basah dan pakaian dalamnya tercetak dengan jelas di balik kemeja putihnya, emosinya langsung tersulut.


"Siapa?" Aya berseru murka. Tangannnya mengepal menatap seisi kelas yang menertawakannya.


"Gue. Kenapa emangnya?" Salah seorang teman kelas mengangkat tangannya dengan angkuh. Delia namanya. Cewek itu kini bersedekap dan menatap Aya seolah Aya adalah makhluk rendahan. 


Aya melangkah cepat ke arah Delia. Begitu sampai di hadapan Delia, tangan Aya terayun keras lalu menyapa permukaan kulit wajah Delia hingga gadis itu menoleh secara paksa. 


"Lo nampar gue!" Delia berseru dengan nyaring, nyaris berteriak. Seluruh wajahnya merah padam karena amarah. Delia berdiri dari kursi disusul beberapa orang sahabatnya yang lebih mirip antek-antek


"Iya, kenapa emangnya?" Delia seolah kebakaran jenggot mendengar jawaban Aya yang di-copy dari dirinya. Kedua tangan Delia meraih rambut Aya, menariknya sekuat yang dia bisa dan dibalas oleh Aya dengan hal serupa. 


"Berani, ya, lo sekarang sama gue? Udah bosan sekolah?"


"Ngapain takut sama monster nggak bermoral kayak lo."


"Apa?!" 


Pertarungan menjadi semakin sengit. Antek-antek Delia pun jadi turut andil mengambil bagian begitu bos mereka terlihat kesusahan. 


"Dasar si miskin nggak tahu diri. Pencuri!"


"Gue emang miskin, tapi gue bukan pencuri. Gue bahkan takut makan satu rupiah pun yang bukan milik gue!" Aya mulai menendang ke segala arah. Tenaganya tentu tak sebanding dengan beberapa orang yang mengeroyoknya itu. Teman sekelasnya yang lain tak mau repot melerai atau memanggil guru. Sebagian dari mereka justru merekam kejadian itu sembari tertawa.


Lihat selengkapnya