Albiru berkelana di alam bawah sadarnya. Memimpikan apa yang dia alami beberapa hari yang lalu, tepatnya hari pertama Aya menjadi pelayan di rumahnya. Waktu itu, tepatnya di tengah malam saat Albiru berubah ke wujud serigalanya, Albiru mendengar Aya membaca suatu mantra yang anehnya membuat hati Albiru menjadi damai.
Albiru mode serigala mencoba mengintip di sela pintu yang tak tertutup rapat, tapi sepertinya Aya sadar karena gadis itu langsung menoleh. Mata biru serigala itu sedikit membulat begitu menyadari wajah Aya bercahaya. Aya terlihat sangat cantik meski seluruh tubuh selain wajahnya terbalut kain hitam. Albiru jadi membatin, "Oh jadi kain yang dia minta itu untuk membuat pakaian tertutup itu?"
Albiru berlari menjauh, dan Aya terdengar memanggilnya.
"Mpus!"
Albiru serigala ingin menggeram. Bisa-bisanya dia yang gagah begini dikira kucing. Aya ini kurang ajar sekali. Hancur sudah harga diri Albiru. Namun, Albiru menahan geramannya karena takut Aya sadar kalau ini adalah dirinya.
Adegan berganti ke malam berikutnya. Albiru mendengar Aya membaca mantra lagi. Kali ini jauh lebih indah, dan dia merasa nyaman luar biasa. Albiru duduk depan pintu kamar Aya. Menyimak bacaan mantra itu dengan khidmat. Lalu sesuatu yang ajaib terjadi. Albiru berubah kembali ke wujud manusianya. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini kali pertamanya berubah ke wujud manusia dengan cepat tanpa harus menunggu fajar tiba. Hanya dengan mendengar mantra indah Aya. Ini ajaib.
Karena Albiru kecanduan mantra Aya, dia kembali duduk depan kamar Aya pada malam berikutnya. Sama seperti malam sebelumnya, kini dia berubah ke wujud manusia lebih cepat dari biasanya. Sebenarnya Albiru ingin berguru pada Aya mengenai mantra itu, tapi Albiru merasa canggung apalagi Aya terlihat menghindar darinya. Albiru hanya bisa bicara pada Aya saat membutuhkan Aya sebagai pelayan.
Karena hal itu, Albiru pun terkadang meminta hal berlebihan agar Aya marah padanya dan berakhir berbicara banyak. Namun, sepertinya hal itu sia-sia. Keesokan harinya, Albiru iseng mencari tahu banyak hal tentang seorang Kanaya. Albiru sampai rela ke pusat kota hanya untuk mencari tahu seperti apa Kanaya secara mendetail.
Ini kali kedua dia mencari tahu tentang Kanaya. Yang pertama adalah saat dia mendapatkan misi membunuh, yang kedua adalah saat ini. Karena yang pertama kurang mendetail, makanya dia melakukan sesi yang ke dua. Dari orang-orang yang mengaku dekat dengan Kanaya, Albiru memperoleh informasi kalau Kanaya adalah gadis pemuja dewa alam. Kanaya sangat penyayang dan lemah lembut.
Albiru sempat berdecih. Dia lebih percaya kalau orang-orang itu mengatakan kalau Aya adalah penyihir, karena hatinya selalu tersihir oleh mantra indahnya. Dan lagi, lemah lembut dan penyayang? Bohong sekali. Aya selalu berteriak jika dia sedang murka padanya. Sangat jauh dari kata lembut.
Aya yang dikenal orang dan yang Albiru kenal sekarang seperti dua pribadi yang berbeda. Atau kah mungkin Aya memiliki dua kepribadian, makanya memperkenalkan dirinya sebagai Freya dan bukannya Kanaya? Yang meninggal di sungai adalah Kanaya, sementara yang hidup kembali itu Freya? Baik lah, ini terdengar sedikit masuk akal.
Adegan berganti lagi saat Albiru berdiri di tangga, memerhatikan Aya mengepel lantai. Albiru baru sadar selama tiga hari ini Aya terus memakai pakaian yang sama. Hari itu Albiru memutuskan membeli beberapa potong pakaian untuk Aya.
Adegan terus berganti. Kini saat Albiru menguping pembicaraan Aya dan Winter di taman bunga. Ternyata Aya punya banyak mantra. Selain untuk menyihir hatinya, Aya juga menyihir gadis bernama Lusi agar sembuh.