Daerah yang dimaksud "Pelabuhan Baru" memiliki arti secara harfiah. Kawasan tersebut memang baru akan dijadikan pelabuhan dan bahkan belum sepenuhnya selesai tahap pengerjaan. Masih banyak sudut-sudut tempat yang berantakan dengan kayu-kayu, bahan bangunan dan sebagainya. Sebagaimana kawasan yang masih dalam fase pembangunan, tidak ada orang yang melintas di sekitar sana kecuali para pekerja. Pun pada malam hari, hanya ada dua atau tiga orang security yang sesekali berkeliling mengecek keadaan.
Melakukan tugasnya, Joel dan Jayden entah dengan cara apa, saat ini sudah beralih profesi menjadi security di sana. Sejak sore keduanya sudah stand by, berjaga di pintu masuk area pembangunan dengan sepiring gorengan dan secangkir kopi hitam. Meski berlagak seperti security pada umumnya, mata mereka cukup awas mengawasi sekitar.
"Pulang dulu ya Bang!"
"Yo!" Joel mengangkat tangan, membalas seruan pamit dari para pekerja yang berbondong pulang. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, yang mana berarti jam kerja mereka telah usai.
Kondisi Pelabuhan kini benar-benar lengang. Suara debur ombak dibarengi pantulan jingga di atas laut yang berjarak lima puluh meter dari tempat mereka seharusnya menjadi sesuatu yang patut untuk dinikmati. Sayangnya si dua lelaki jangkung tidak punya waktu untuk itu. Begitu semua orang sudah pergi, mereka langsung berubah mode.
Melongok keluar, Theo datang bersama Jiro dan Yudanta. Setelah mereka masuk, Joel segera menutup gerbang, mengkhawatirkan jika sampai ada orang lain yang melihat.
"Lo nggak ngerencanain strategi apapun The?" todong Joel begitu mereka sudah berkumpul di pos penjagaan.
Theo yang sudah memakai pakaian serba hitamnya menggeleng. "Kita nggak dapet peringatan tambahan, berarti transaksi ini nggak akan jauh beda dari sebelum-sebelumnya."
"Kalian sendiri nggak dapet clue dari kemaren ngejogrok di sini?" Giliran Yudanta yang dengan santainya bertanya sembari mengunyah bakwan jagung.
"Gue dapet! Tapi kata si abang senior ini nggak penting!" seru Jayden mendahului Joel yang baru membuka mulut. Seolah mengadu, Jayden memasang wajah melasnya yang terkesan dilebih-lebihkan.
"Emang apa? Kok lo nggak ngasih tau pas semalem kita ngumpul laporan?"
Joel berdecak. "Gue masih tahan ya kalo lo nyeleneh kemaren-kemaren, kali ini plis normal sedikit," omelnya pada Jayden yang raut mukanya makin tertekuk.
"Joel, udahlah jangan sensi begitu," tegur Theo. "Jadi, kemaren lo nemu apa Jay?"
Wajah Jayden kontan semringah, jarang sekali dia mendapat pembelaan begini. Dengan semangat, tangannya merogoh saku celana dan menunjukkan benda kecil seperti boneka berbahan dasar clay dengan bentuk seekor beruang hitam.
"Keychain?" Jiro berkata bingung menatap barang yang kini dipegang Theo. Benda itu memang memiliki rantai yang biasa ada pada gantungan kunci. Jadi pertanyaan lainnya, kenapa Jayden menganggap itu sebuah bukti?
"Kan gue bilang nggak penting," desah Joel lelah. Dalam hati dia meratap, entah perbuatan apa yang membuatnya mendapat karma berbentuk junior ajaib modelan Jayden begini.
"Nope! Liat." Empat pasang mata fokus melihat apa yang akan dilakukan Jayden. Lelaki berlesung pipi itu menarik bagian kepala dan TARAAA begitu tercabut, benda itu ternyata sebuah flashdisk.
"Wait wait, iya oke itu flashdisk terus apa? Emang lo tau itu punya siapa?" Joel masih dengan sikap sangsinya berhasil mengenyahkan keterkejutan mereka.
Kali ini Jayden tidak bisa membela diri, dia hanya nyengir sambil garuk-garuk kepala sebab ya memang dia tidak tau itu punya siapa. Dia hanya merasa benda yang ditemukan tidak jauh dari area Pelabuhan itu bisa membantu. Walau entah ada berapa persen kemungkinannya.
Embusan napas kasar kompak dikeluarkan Theo, Jiro dan Yudanta. Mereka yang sempat merasakan euforia tiba-tiba harus terpatahkan begitu saja.
"Tapi kita coba minta Deon sama Marva cek aja, siapa tau emang ada sesuatu," usul Jiro yang lantas disetujui oleh lainnya.
Perlahan tapi pasti matahari telah sepenuhnya tenggelam. Mereka berlima kembali pada tugas masing-masing, Joel dan Jayden berkeliling area luar Pelabuhan, Theo sendiri kembali ke Kantor untuk mengkoordinasikan anggotanya, Jiro membawa barang temuan Jayden ke Markas dan Yudanta bertugas mengecek area Pelabuhan guna mencari jalan masuk lain. Agak riskan bagi mereka— pasukan untuk masuk lewat gerbang depan karena lokasinya yang terbuka dan terlalu mudah dijangkau mata warga.