Fallen for You

Republika Penerbit
Chapter #1

Awal Mula Segalanya

SATU HAL dari menjadi orang yang tidak populer di SMA adalah tidak ada yang akan menyadari keberadaanmu. Kamu ranking satu di kelas? Percuma, karena kamu tetap akan ditabrak di lorong kelas seakan kamu hantu. Pemimpin di ekstrakurikuler tertentu? Kalau itu bukan bidang olahraga, sepertinya semua orang tidak tahu ada kegiatan itu bahkan ada. Segala prestasi dan pencapaian tidak menjadi jaminan bahwa eksistensimu di muka bumi ini akan diakui. Bahkan, saat kamu bisa membuat nuklir pun, orang-orang akan tetap melupakan siapa namamu.

Dan Rindu Utami… ada tepat di pertengahan garis tipis antara populer dan tidak populer.

Rindu sudah biasa dengan statusnya di SMA Karya. Ia tidak di-bully, tapi tidak juga dianggap. Bukan orang pertama yang dipilih saat olahraga, namun juga bukan yang terakhir. Menurut Rindu, ini seperti memiliki superpower terbang atau mata laser, tapi di saat yang bersamaan juga memiliki kekuatan kasat mata. Apa pun hal keren yang dilakukan Rindu, tetap tidak akan menarik perhatian siapa-siapa.

Orang-orang selalu lupa namanya. Beberapa yang mengingat bisa dihitung jari. Mungkin untuk beberapa orang, kondisi ini menyebalkan, tapi bagi Rindu, ia beruntung tidak di panggil dengan julukan-julukan jelek. Gadis itu tahu dari pengalaman kelas 4 bahwa menghilang lebih baik dari ditindas.

Rindu hanya punya satu teman, Azka, cowok populer dengan otak tidak be gitu tajam, yang berteman akrab dengannya sejak sekolah dasar. Tapi, sekarang ia juga terlalu sibuk dengan teman- temannya—geng anak basket, membuat Rindu hampir tidak punya sekutu.

Tidak perlu khawatir, Rindu tidak tenggelam dalam rasa sedih. Ia malah mencoba memanfaatkan status quo-nya sebagai tembok di SMA Karya. Dengan posisinya sekarang, ia jadi leluasa untuk memperhatikan sekitar.

Di kelas, Rindu duduk di bagian tengah. Tidak terlalu depan untuk menjadi korban yang ditanya-tanya guru, tapi tidak terlalu belakang untuk kehilangan motivasi belajar dan tidur. Azka akan selalu duduk di sampingnya karena rasa kasihan—itu normal.

Dari kursinya, Rindu bisa melihat dengan jelas, Andre dan Leo yang bercanda-canda. Di seberangnya, Mimi dan Delia bergosip tentang artis terkini dan couple goals yang tidak dapat Rindu mengerti—itu juga normal. Hani dan Sasha yang duduk di dekat pintu akan memainkan make-up­nya. Sementara Sonia Permata yang di dekat jendela, akan melihat ke arah Azka terus-terusan dengan mata terpesona, sedangkan Azka sama sekali tidak menyadari perhatian yang diberikan. Tanpa sadar Rindu suka menggeleng prihatin memandang ketidakpekaan teman masa kecilnya.

Mata Langit Nusantara, lelaki populer akan kenakalannya, juga terpaku, tapi bukan pada Sonia, cewek terpopuler di sekolah. Bukan pada Hani, mantannya. Bukan juga Azka, Sasha, Andre, Leo, Mimi, Delia, Pak Rudi, atau bahkan ke anak-anak lain yang Rindu tidak tahu namanya. Tapi… pada Rindu.

Dan itu aneh! Pertama-tama, saat Rindu menyadari itu, mereka akan berpandang-pandangan. Belakangan, Langit akan berlagak tidur atau memalingkan pandangannya ke tempat lain. Dan jika Langit mengira Rindu percaya bahwa ia benar-benar tidur, maka ia orang yang bodoh karena Rindu tahu cowok itu selalu tidur saat pelajaran matematika supaya dapat bangun untuk sisa hari nya.

Jangan tanyakan bagaimana Rindu bisa tahu, karena Rindu sudah terbiasa memperhatikan Langit, bersama dengan teman- teman lainnya semenjak kelas lima.

Kemudian, semuanya menjadi tambah aneh.

Suatu waktu, bukannya mengambil tempat duduk di pojokan seperti biasa, Langit malah duduk di kursi sebelah Rindu—dan berlagak itu adalah hal paling normal di seluruh dunia. Rindu hanya tercengang, sedangkan Langit menengok ke arahnya dengan tatapan sok bingung.

“Umm, ada yang salah?” tanya Langit.

“Kamu… duduk di sebelahku?” Rindu memiliki kebiasaan buruk untuk tidak bisa diam. Ia tahu sebenarnya ia memiliki pilihan untuk tidak berkomentar, tapi lagi-lagi… ini memang aneh! Langit menggaruk kepalanya sambil melihat ke arah Rindu seakan-akan ia tidak mengerti apa yang Rindu maksud.

“Ya, terus?”

“Ya, aku cuma mau tahu. Kenapa?!”

Jari Langit kemudian menunjuk ke arah bangku biasanya yang sudah diambil oleh Hani yang kali ini mengikuti sesi bergosip Mimi dan Delia. Terdengar mereka membicarakan tentang bagai­mana Andre dan Leo akan bermain basket one by one, dan mem­prediksi siapa yang akan menang. Rupanya, yang kalah harus melakukan hal memalukan dan mengunggah videonya di Youtube.

“Hm, ya, kelihatannya sesi mereka kali ini enggak akan selesai dengan cepat. Tapi, kenapa duduk di sini?”

“Ya ampun! Tempat duduk, kan, cuma tempat duduk… enggak kayak dengan kita duduk sebelahan, terus kita berarti bakal pacaran atau gimana-gimana, kan?!” ucap Langit geregetan.

Lihat selengkapnya