Fallin' Love

Mokaaull
Chapter #6

Manusia mana?

"Pagi sayang. Berangkat yuk!"

Perempuan manis itu keluar sambil tersenyum. Tidak mengucapkan apa-apa.

"Hari ini kamu cantik."

Perempuan itu tetap tersenyum. Makin manis malah. Untungnya cuma satu laki-laki yang ada disana. Karna kalau dua namanya poligami.

"Mau berangkat sekarang, princess? Takutnya kamu telat."

"Ben.." perempuan itu buka suara. Nada rendah yang mampu meluluhkan laki-laki mengerikan seperti dia.

"Iya?"

Perempuan itu, yang sudah pasti bisa kalian tebak siapa, tersenyum. "Kalo halu secukupnya aja."

Hah—

BYORR!

"UHUK! UHUK! WOY!"

"Akhirnya bangun. Gua kira mati."

"DASAR MONYET. NGAPAIN SIH GANGGU ORANG LAGI MIMPI?! SIALAN." Ocehnya. Tidak jauh beda dengan orang yang sedang kesurupan.

"Ben. Mau sampe kapan tidur? Udah jam 11 nih. Kalo nginep tau diri dong." Keluh Vano.

"Lo bukan emak gua, gak usah ngatur."

"Serah lu lah. Gua keluar dulu."

Ben menoleh. "Kemana?"

"Cari makan." Ucap Vano menatap Ben yang masih menggeliat di kasurnya. "Mandi sono. Bau keringet lo nih."

"Males ah, masih pagi."

Vano berdecak. "Pagiku cerahku... Matahari bersinar..." dan tiba-tiba menyenandungkan lagu.

"Apasih dasar gaje." Ben tak peduli. Ia mengambil hp nya. Kalian pasti udah tau buat apa.

Ya. Ngabarin Kejora.

"Eh.. tumben Jora ngechat gua duluan. Banyak pula. Ada apa ya?" Ben bingung... Tapi senang. Dan memutuskan untuk membuka ruang obrolan tersebut.

Dan isinya...

Seketika, muka Ben pucat pasi. Ia dengan takut-takut menatap jam di layar ponselnya. Tepat menunjukkan angka 11.30

Mati gue.

Dengan terburu-buru, Ben meraih jaket yang menggantung di pintu dan melesat mengambil motornya.

---

Ben berlari seperti orang kesetanan ke dalam supermarket.

"Kejoraaaaaaaaa!"

"Ada yang bisa diban—" ucapan perempuan yang berdiri di kasir itu terhenti. "LO?!"

Ben menatap penuh emosi, "Apa?!"

Perempuan itu membalas sewot, "Ngapain lo kesini?" Lalu mendekati Ben untuk mengusirnya. "Pergi sana, lo ganggu tau gak."

"Serah gue lah. Cewek yang kerja disini mana?"

Perempuan itu mengerutkan alisnya. "Siapa? Kejora?"

"Hm."

"Ke pabrik."

Ben kaget. "Ngapain lo suruh anak gadis ke pabrik? Gak punya pegawai cowok?"

"Dih, kok sewot?!"

"Bacot."

"Ngapain cari Kejora?"

Ben berhenti sejenak. "Gak cukup lo ngurusin gua?"

"Tapi kan—"

"Ben?"

Ben menoleh pada suara di pintu. "Jora!" Ia berlari kecil. "Lo ngapain ke pabrik?"

"Sstt. Jangan disini, Ben." Bisik Kejora menarik Ben keluar. Saat berbalik, terpampang wajah kesal Ben menuntut penjelasan.

"Kamu baru bangun tidur ya?"

Blush. Tepat sasaran. Bahkan dia belum sempat mandi.

"Bukan itu masalahnya! Lo ngapain ke pabrik?"

"Ya kan memang kerjaan saya, Ben."

"Tapi lo cewek, Ra." Tegas Ben.

"Ben,"

"Huh?"

Lihat selengkapnya