"Pagi cepet banget ya," Kejora bangun setengah enggan. Hari ini rasanya cuaca lebih dingin dari biasanya.
Setelah hampir 20 menit bersemedi di dalam kamar mandi, Kejora keluar dengan tubuh menggigil. Cepat-cepat ia memakai seragamnya dan pergi ke dapur.
"Kalo sendirian di rumah, sepi juga," Kejora meraih roti diatas meja.
Kemarin malam, Wawan memberitahu bahwa ia akan jarang di rumah karena sibuk bekerja. Awalnya, Kejora tak tega. Tapi mas nya terus memaksa kalau semua akan baik-baik saja. Kejora cuma bisa menghela nafas dan mengangguk pelan.
"Masih jam setengah 5. Baca buku dulu deh." Ia meraih novelnya dan mulai mencermati tiap katanya.
"OH IYA, HARI INI KAN HARI PERTAMA KERJA!" Serunya semangat. "Jadi gak sabar...." Gumamnya senang.
Tin.. tin.. tin..
Kejora menoleh ke luar rumahnya. "Siapa sih pagi-pagi udah berisik." Dengan malas ia bangun dari duduknya untuk membuka pintu.
Krieett.
Laki-laki diatas motor itu menoleh dan menerbitkan senyumnya. "Hai princess!"
Kejora menatap laki-laki itu kesal. Tahan Jora, tahan.
Laki-laki tak berhenti tersenyum, "yuk sekolah!" ucapnya santai sambil menepuk jok belakang motornya.
"BEN SATRIAAAAA!"
---
"Nih tehnya." Kejora meletakkan cangkir teh hangat lalu duduk di depan Ben dengan tatapan mengintimidasi. "Tolong, jelasin."
Ben menatap Kejora takut-takut. "Maaf, Ra..."
Kejora menarik nafasnya. "Saya maklumin kalo kamu mau jemput, Ben. Tapi ini bahkan belum jam 6." Katanya sambil memijat kepalanya.
Ben memainkan tangannya. "Gue cuman nggak sabar ketemu sama lo. Maaf.."
"Udah sarapan? Tapi disini cuman ada roti sih,"
"Mau mau!" Sahut Ben senang. Kejora bangkit mengambilkan roti terakhir miliknya dan menjulurkannya pada Ben.
"Lain kali sarapan dulu." Peringat Kejora.
Ben mengangguk-angguk sambil memakan rotinya dengan lahap. "Oh iya, Ra." Kejora menoleh ke arah Ben yang sekarang sedang meneguk minumnya. "Kok kemarin pesannya nggak dibales?"
Kejora jadi ingat tentang pesan aneh yang diterimanya kemarin. "Cuma orang aneh yang bilang good night waktu sore, Ben."
Ben nyengir-nyengir di tempatnya. "Gue kira lo nyuekin gue. Hampir gue susul kesini."
Kejora tersenyum masam. "Awas aja kalo berani." Ancamnya. "Lagian kenapa pake jemput segala?"
"Entar lo capek. Mending gue anter."
"Saya udah biasa jalan kaki, Ben. Nggak usah lebay."
"Pokoknya mulai sekarang gue jemput." Titahnya. Kejora tak menanggapi. Lagipula dia sedang malas berdebat.
Keduanya sama-sama terdiam. Menyisakan suara jam dinding dan hembusan angin yang sesekali masuk lewat lubang jendela.
"Berangkat sekarang yuk, udah jam 6."
Ben mengangguk, segera bangkit menuju motornya. Kejora mengekor di belakangnya dan ikut naik ke atas motor.
---
"Gue anter ke kelas ya?"
"Nggak."
Ben memajukan bibirnya. "Kok gitu, Ra?"
"Kamu masuk kelas aja."
"Pokoknya gue anter!" Paksa Ben.
Kejora mengelus dadanya. Aku ada dosa apa sih, ketemu orang kayak dia. "Ben, jangan bikin saya marah."
"Raaaaaaaaaaaaaaa," Ben menggoyang tangan Kejora memohon-mohon.
"Ben, ini beneran lo?"
Ben menoleh diikuti Kejora. "Gue lah, emang setan."
Laki-laki itu menatap Ben tak percaya. "Tumben gak solob lu?"
"Ya bagus dong gua gak solob. Kenapa?"
Reyhan menggaruk tengkuknya. "Ya.. gapapa sih. Aneh aja."
"Biasanya kan lo—"
Ben meletakkan telunjuk di bibirnya sambil memelototi, memberi peringatan laki-laki dihadapannya untuk diam.
"Eh eh, sorry gue salah ngomong."
"Lo masuk duluan sono, Han." Suruh Ben.
Laki-laki yang disebut-sebut 'Han' itu melirik Kejora. "Sapa tuh?"
Ben segera menghalangi Kejora dengan tubuhnya.
"Ben kamu ngapain sih?" Protes Kejora.
"Reyhan ganteng, lo bukannya buru-buru masuk kelas ya?" Ben berkata manis dengan tatapan intimidasi yang membuat Reyhan terbirit-birit masuk ke kelas.
Ben segera berbalik menatap kejora dengan senyuman terlebarnya. "Yuk, Ra!"
Kejora mendelik, "lain kali nggak perlu nutupin saya. Kamu malu?"
Ben menggeleng cepat, "Nggak kok. Dia playboy, nanti lo digodain gimana? Pokoknya jangan deket-deket dia. Dia nakutin." Ucapnya dengan nada meyakinkan.
Kejora menghembuskan nafas pasrah. Padahal dia lebih nakutin tuh.
"Ra, gue anter ke kelas ya?" Pinta Ben.
"Saya kan udah bilang nggak usah. Kamu masuk kelas aja sana."
"Ahhh gue mah gampang. Mau yaaa?" Paksa Ben.
Kejora mengamati sekelilingnya, hah, kalo dilanjutin bisa lama nih.
"Sekali ini... aja."
Ben melompat senang lalu menggandeng Kejora. Mengamati Kejora dari samping.
"Kenapa ngeliat saya begitu?"
Ben yang ditatap tiba-tiba jadi malu. "Ehem, nggak itu..."
Kejora menatapnya aneh. "Kenapa?"
"Lo cantik," sahutnya cepat lalu berpaling ke samping. Kejora merasakan tangan Ben yang menyentuhnya berkeringat.
"Makasih," Kejora jadi memerah menjawabnya. Keadaan pun jadi canggung. Untungnya kelas Kejora sudah di depan mata.
"Udah sampe, Ben. Kamu ke kelas sana."