Family Bound

Didik Suharsono
Chapter #25

Bab 25: Artis Dadakan


Aku menatap sosok dalam pantulan cermin itu. Wajah bersih tanpa cambang. Rambut tersisir rapi mengkilap tertimpa jeli. Hidung mancung, dagu runcing, bibir menekuk seksi. Di atas mata yang menyorot tajam, alis panjang bak bulan sabit menghiasi. Wajah itu tersenyum rekah menampakkan gigi putih rapi. Sebuah wajah milik artis Korea; Hyun Bin. 

Lima belas menit kuhabiskan waktu di depan kaca. Waktu terlama selama setahun ini sejak kencan terakhirku dengan Kayla. Aku mencoba berbagai paduan baju yang tak banyak kubawa. Celana jins, kaos putih ketat dipadu blazer hitam dan sepatu sniker putih ikut menemani. Harum wangi sabun cair yang khusus kubawa membuar sekeliling ruangan. 

Saat keluar kamar, Bu Aminah menatapku lama. Ia seolah tak percaya bahwa aku adalah laki-laki yang tadi malam menginap di rumahnya. 

“Nak Rangga?” tanyanya masih tidak percaya melihat penampilanku.

“Iya, saya.”

“Wah, Ibu pangling. Mau ke mana?”

“Ke rumah Misto. Buka bersama di sana.” 

Pandangan Bu Aminah berubah penuh arti. “Ooo ... Makanya penampilannya berubah.”

“Saya masih tetap Rangga yang sama, Bu.” 

Bu Aminah terkekeh. “Pasti nanti dua adik Misto jadi jatuh hati.”

“Ah, Ibu bisa saja. Aliman dan Pak Manaf di mana?”

“Aliman sama Bapak ke Masjid. Nanti setelah Shalat mereka akan buka puasa di rumah.”

Aku mengangguk pamit. “Saya pergi dulu, Bu. Nanti malam merepotkan lagi, tidur dan ikut sahur di rumah Ibu.”

“Ibu malah senang. Nak Rangga sudah Ibu anggap anak sendiri.”

“Terima kasih, Bu,” jawabku pelan. Setelah jalan panjang kehilangan kasih ibu, pengakuan seorang wanita menjadikanku anak adalah perhatian yang sangat berarti. 

Jalan kampung lengang. Celoteh anak-anak kecil terdengar dari rumah yang kulalui. Pintu-pintu rumah setengah terbuka. Bau sedap gorengan ikan tercium lezat. Memanggilku untuk segera tiba di rumah Misto. 

Pintu rumah Misto tertutup. Tapi, ada gerakan suara dari dalam. Kuketuk pintu itu pelan. Suara sandal bergerak menghampiri. Daun pintu terbuka separuh. Kepala Bu Misnatun menyembul, menatapku beberapa detik. Dahinya berkerut. Kelopak matanya beberapa kali berkedip. 

“Tuan cari siapa?”

Aku berdehem mengusir keinginan tawa. “Saya Rangga, Bu.”

Pintu terbuka lebar. 

Lihat selengkapnya