FANA

Herlita Rahmanda Putri
Chapter #6

Membuka Tirai

Nara meneguk habis segelas susu yang ia dapat dari Rama. Seperti biasa setelah adegan mereka bertarung dengan canda pagi sebelum pesta Nega, mereka terbiasa menghabiskan waktu di sana. Selain menghindari tatapan sinis para fans Rama, juga menutup mulut para pejuang gosip sekolah tentang keluguan Nara dan bodo amatnya sosok gadis berparas lumayan itu. "nah, udah ya di maafin" ujar Rama setelah Nara menaruh gelas plastik didepannya, Nara tersenyum lalu mengangguk. "sekali kali cerita gitu Ra, ga bosen apa denger gue yang ngoceh mulu? " Nara tersenyum lagi.

"yah, baru kali ini sih, gue nemuin cowo seasik lo, kadang kan cowo males dan bodo amat" ujar Nara, Rama membuka roti dari kantin, memotongnya menjadi 2 buah, lalu memberikan 1 potong lainnya kepada Nara. "kadang risi juga kalo dibilang sok asik, lagian gue juga ga sebaik yang lo kira kali, gue punya sisi buruk juga". Penjelasan Rama hanya dibalas anggukan oleh Nara, wajar saja semua manusia pasti punya masa lalu yang buruk ataupun sifat buruk yang sulit ditinggalkan. "kalo gue boleh tanya" Ucap Rama terdengar ragu

"tanya aja, kenapa? "

"lo punya masa lalu yang kurang enak ya? Buat dikenang"

Nara tersenyum, "kata Ala? " tanya nya pada Rama "enggak, kemaren Ala cuman bilang, lo phobia sama cowo, makannya lo lebih milih jauh jauh dari anak cowok gitu" "oiya, btw maaf ya, gue ninggalin lo sendiri waktu itu, gue pikir kan ambil minum ga lama, ternyata si Edo emang ngincer lo dari awal" sambung nya. "iya, gapapa kok" mereka terdiam, entah apa lagi yang harus dibicarakan, hingga akhirnya Nara mencoba untuk sedikit bercerita tentang dirinya. "gue yakin, lo udah denger dari gue sendiri waktu hujan" Rama menatap Nara, lalu mengangguk "ya gitu, gue, gatau juga karna gue takut, phobia atau gasuka, setiap hujan gue selalu ngomong kaya gitu, entah dirumah, tapi paling parah kalo gue langsung ngrasain hujannya" jelas Nara, Rama ingin bertanya, namun Rama rasa ini terlalu cepat untuk mengetahui rahasia gadis didepannya. Rama menahan dirinya, agar tak semena dalam bertanya.

"tentang gue yang nyebut abang" ujar Nara lagi, Rama tercengang, fikiran mereka sama. "gue gabisa bener bener inget siapa abang gue, yang jelas, setelah kejadian malem itu, ingatan gue seakan diambil, dan gue lahir jadi seorang Nara yang sekarang" tambahnya. Rama memainkan bungkus roti, menekuk nekuknya menjadi lebih kecil "kejadian malem itu? Apa emang Ra? " tanya Rama. Setelah diam cukup lama, tiba tiba saja Nara beranjak. "udah mau masuk, abis ini gue Miss Indah, jadi pasti dateng tepat waktu, duluan Ram" elak Nara meninggalkan pertanyaan Rama. Rama tau, tak seharus nya dia berani sejauh ini untuk mencari tau sosok Nara sebenarnya.

Rama memungut beberapa sampah yang ada didekatnya, berniat untuk membuangnya saat menemukan tempat sampah terdekat nanti. Rama memegang buku milik Nara yang sengaja ia pinjam, terbaca atau tidak itu masalah akhir, Rama hanya ingin mengobrol lebih dekat dengan Nara, dan menjadikan salah satu novel Nara sebagai alasan. "setelah lo berhasil ndapetin hati Nara, apa yang bakal lo lakuin? " Edo menghalangi lorong yang akan Rama lewati, Rama berbalik, berniat untuk mengambil jalan memutar daripada harus memutar otak untuk menjawab pertanyaan pertanyaan Edo yang tak penting. "jangan lupa sama perjanjian kita Ram" ujar Edo membuat Rama berhenti melangkah "bahkan gue gapernah ngomong janji ke elo sekalipun do" jawab Rama tegas, Edo tertawa "bilang ga bilang, lo tetep udah masuk ke perjanjian gue"

Lihat selengkapnya