Fantasteen Deadly Claws

Mizan Publishing
Chapter #2

Sebuah Awal

Michael menghela napas sesaat. Tampak jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 11 malam. Kantong matanya terlihat tipis. Sejak tadi, Michael berkelana buku Kimia di hadapannya. Otaknya mungkin tidak lama lagi akan pecah bila diteruskan.

Besok, jadwal tes Kimia hari terakhir. Terdengar mengerikan karena tes yang biasanya diakhiri mata pelajaran ringan, kini malah ditutup oleh Kimia. Ah, mimpi buruk agaknya akan menyergapnya malam ini.

Michael memasukkan buku-buku Kimia dan beberapa soal lainnya ke dalam tas. Tidak lama dari itu, Michael beralih ke laptopnya yang sudah menyala. Tampak sebuah screensaver menghiasi tampilan wallpaper. Michael memasukkan kabel data yang dihubungkan dengan camera DSLR.

Foto-foto kegiatan Michael, Frenzy, dan Grace harus dilampirkan besok. Tidak lama lagi, urusan yang menyangkut keperluan bakti sosial harus segera dirapatkan bersama teman-temannya. Michael melihat-lihat galeri foto saat survei. Dia memilih beberapa foto yang akan dijadikan arsip proposal bakti sosial.

Setelah terpilih beberapa foto, Michael mencetak fotofoto tersebut menjadi beberapa lembar. Tentunya, foto-foto lokasi dan aktivitas masyarakat di sana. Setelah selesai, fotofoto disisipkan ke dalam arsip bersama agenda bakti sosial yang di dalamnya terdapat informasi-informasi mengenai bakti sosial.

Michael melintasi koridor sekolah yang dipenuhi bunga tulip. Suasana sekolah belum terlalu ramai karena hari ini masih jadwal tes. Siswa-siswa masuk pukul 8, sementara Michael dengan rajin berangkat di bawah pukul 7 pagi. Itu memang sudah menjadi kebiasaanya. Apalagi, pagi ini Michael janjian bertemu Han Arthur, Ketua Panitia Bakti Sosial.

“Michael Faithlaw!” teriak Han.

Han ternyata sudah menanti kehadiran Michael. Han yang sedang duduk di bangku taman sekolah mengangkat tangannya untuk memberi tahu keberadaannya.

“Hei, Han!” seru Michael seraya melangkah mendekati Han.

Dedaunan masih berembun dan terhiruplah udara segar pagi hari. Ketika Han dan Michael membuka pembicaraan, dedaunan seolah meneteskan embun mereka seiring bangkitnya matahari dari pangkuan.

“Sukses, Bos! Aku, Frenzy, dan Grace sudah berkunjung ke Desa Bruglay,” Michael membuka pembicaraan.

“Oh, tentu saja. Kerja yang bagus, Sobat. Hahaha ...!” balas Han dengan tertawa.

Michael membuka tas, kemudian mengeluarkan map berisi arsip bakti sosial. “Nah, ini surat persetujuan dari petinggi di Desa Bruglay dan ini dokumentasi lokasi di sana,” katanya seraya menyerahkan arsip kepada Han.

Han menerima arsip dan melihat-lihat foto suasana di Desa Bruglay. Sebuah senyum tersungging setiap kali melihat foto yang indah.

Han mengangguk-angguk, kemudian berdiri dari duduknya. “Wah, tempatnya masih sederhana, masih hijau, sepertinya warga di sana masih banyak yang membutuhkan bantuan sosial dari kita,” Han menyimpulkan.

“Warganya ramah-ramah, Han. Bangunan di sana juga masih berkesan kuno. Enggak ada bangunan pencakar langit satu pun. Oya, di sana ada jembatan yang kokoh. Pokoknya, Desa Bruglay tempatnya bagus dan warganya baik, deh, Han,” Michael menutup laporannya.

“Baiklah, nanti pukul dua siang, kita berkumpul di Breadtoast de Cafe bersama teman-teman. Kita bicarakan tentang acara kita lebih lanjut di sana. Aku harus menemui Miss Koala karena belum menyerahkan tugas Kimia!” kata Han segera berlalu.

“Kuharap tidak ada yang buruk dari pertemuanmu dengan Miss Koala, ya,” seru Michael sambil tertawa.

Perlahan, suasana sekolah mulai ramai. Ekspresi para siswa bermacam-macam saat akan menghadapi ulangan Kimia. Ada yang sedih, malas, tegang, dan serius. Sementara, Michael menyempatkan membaca-baca kembali materi Kimia yang semalam sudah dipelajarinya.

Tiba-tiba, seseorang menghampiri Michael dengan buku di tangannya. Grace. Dia datang dan duduk di samping Michael sambil membuka buku Kimia.

Lihat selengkapnya