Fantasteen Deadly Claws

Mizan Publishing
Chapter #3

Perjalanan

Michael masih terlelap dalam tidurnya. Tepat dua detik lagi alarm akan berdering sesuai dengan waktu yang telah diatur Michael sebelum menarik selimutnya untuk tidur. Benar saja, beberapa detik setelah itu alarm berdering. Mendengar alarm berbunyi, Michael langsung terbangun.

Michael membuka ponsel, sekadar melihat notifikasi yang muncul saat dia tidur semalam. Setelah itu, Michael melangkah turun dari kasurnya dan menuju kamar mandi. Meskipun udara masih dingin, Michael tetap saja memaksa mandi agar kantuknya hilang.

Dingin dan sejuknya air berhasil membuat mata Michael melek dan tubuhnya segar kembali. Rambutnya yang masih disemat titik air bagai embun pagi hari dibiarkannya begitu saja.

Di bawah, Bibi Alisson sudah menyiapkan beberapa tumpuk roti. Michael melangkah keluar kamar. Langkahnya berujung di meja makan. Di atas meja, roti dan omelette terlihat masih mengepulkan asap. Hangat.

“Michael, kamu mau susu vanilla atau susu cokelat?” tanya Bibi Alisson dari dapur.

“Susu vanilla,” jawab Michael sambil duduk di salah satu kursi.

Michael mengambil piring yang bertumpuk rapi di meja. Sesaat setelah itu, Bibi Alisson tiba membawa segelas susu vanilla. Aroma susu vanilla hangat yang tertiup angin begitu menggoda.

“Bi, beri tahu Pak Jojon untuk segera memanaskan mobil, ya. Sebentar lagi, aku harus ke stasiun,” kata Michael.

Setelah itu, Michael melahap menu sarapannya. Terasa lezat untuk hidangan pagi itu. Setidaknya bisa untuk mengganjal perutnya yang selalu terasa kosong pada pagi hari. Apalagi, masakan omelette Bibi Alisson yang sudah menjadi andalan keluarga mereka. Meskipun sekadar omelette, tetapi masakan itu menjadi masakan terlaris yang sering dibuat Bibi Alisson. Alasannya sederhana: enak, lezat, dan cepat. Saat lapar tiba, omelette buatan Bibi Alisson bisa tersaji dalam beberapa menit saja.

Setelah selesai sarapan, Michael langsung beranjak ke kamarnya. Beberapa barang bawaan segera diturunkan dan diangkut ke dalam mobil. Michael membawa satu buah tas koper berisi beberapa pasang pakaian, sandal, sepatu, kamera, dan keperluan lainnya. Setelah semua barang masuk ke dalam mobil, Michael pun melesat diantar Pak Jojon menuju stasiun.

Hanya butuh beberapa menit saja untuk sampai ke stasiun, apabila jalanan tidak macet. Di hadapan Michael sudah tampak sebuah tiket pintu masuk untuk memasuki stasiun. Setelah mendapat tiket, Pak Jojon segera memarkirkan kendaraannya dekat pintu masuk utama. Barang yang dibawa Michael segera diturunkan dan dibawa oleh Michael.

“Michael!”

Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga Michael. Cewek dengan suara alto. Mungkin bila tidak terbiasa mendengar, kamu akan mengira jika yang berseru tadi se-orang cowok. Siapa lagi kalau bukan Elis.

Lihat selengkapnya