Angin meniup-niup apa pun yang dilaluinya, menerbangkan dedaunan kering yang meranggas karena musim gugur telah tiba. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya di asrama Harvetown perbatasan Kota Madrid, gelap dan mencekam.
Seorang remaja laki-laki duduk memangku buku harian yang belepotan tanah dan darah di bangku taman belakang asrama. Rasa takut tampak jelas di bola matanya.
“Harus kuapakan buku ini?!”
Dia Alex. Suaranya bergetar. Dia memutuskan bang-kit dan berjalan menuju gedung utama asrama putra. Jalannya mengendap-endap.