Malam yang sunyi. Lampu-lampu hotel menyala terang. Petugas bagian registrasi setia berdiri di balik front desk, menunggu tamu hotel yang siapa tahu, akan datang malam ini. Suasana begitu sunyi, sampai-sampai suara kecil pun bisa terdengar keras. AC terus mengembuskan udara dingin, rumah makan sedang dibersihkan, alunan musik tidak terdengar lagi, dan pintu lift maupun pintu masuk utama hotel sama sekali tidak terbuka.
Hanya para petugas hotel yang masih berkeliaran di hotel yang luas ini ....
Tiba-tiba, salah satu pintu dari pintu ganda kaca yang merupakan pintu masuk utama hotel didorong hingga terbuka. Seseorang yang berpenampilan serbahitam: berjaket tebal, bersarung tangan, celana denim, sepatu kets, dan topi yang sedikit menutupi wajahnya, masuk dengan aura buruk. Dua wanita cantik yang menjadi petugas bagian registrasi sedikit merinding mendengar langkah kakinya, tapi mereka berusaha menyunggingkan senyum ramah.
“Ada yang bisa kami bantu?” tanya salah seorang dari keduanya.
Tamu itu tidak menghiraukannya. Langkah kakinya terus terdengar, hingga sampai di depan pintu lift. Petugas registrasi hanya bisa menggigit bibir, keduanya sama-sama takut untuk mencegahnya naik ke lantai atas, tempat ratusan kamar berada.
Sampai akhirnya, salah seorang dari mereka berhasil mengumpulkan kekuatan untuk mencegah, tapi terlambat. Tamu itu sudah masuk ke lift dan pintunya segera tertutup.