Aku duduk termenung merasakan hantaman ombak. Angin pantai cukup segar menyejukkan terik di siang ini. Hidupku hancurlah sudah. Kini, aku hidup piatu. Bundaku telah meninggal tiga tahun silam. Meski demikian, aku pun masih sangat merindukan bidadari tersebut.
Sampai-sampai, di saat Ayahku menanyakan kepadaku tentang pengganti Bunda, dengan tegas aku menolaknya. Biarkan saja aku tidak mempunyai Bunda baru. Asalkan, posisi Bunda tidak ada yang menandingi.
Karena piatu, aku pun tinggal tidak bersama Bunda lagi. Aku, tinggal bersama ayah dan adikku. Menurut Ayah, sebenarnya aku pun mempunyai seorang kakak perempuan. Katanya, sih, dia meninggal di saat mencari harta karun.
Hilang karena tertelan ombak. Namanya Cassela Priscilia Lyys. Usianya tiga tahun lebih tua dariku. Menurut foto yang selalu kami iming-imingkan, rambutnya panjang sebahu. Dengan bola mata bulat berwarna cokelat, menjadikanku, ingin bertemu dengannya. Namun apa boleh buat, Tuhan tidak mengizinkannya.