Bingkai jendela bening menampakkan rupa dunia di sisi luar. Penuh bentuk dan warna yang indah. Langit biru bagai laut lepas, sedikit awan putih yang berlalu. Pohon-pohon di halaman tampak hijau dan menyejukkan. Benar-benar meneduhkan mata. Dalam kelas yang separuh siswanya pergi beristirahat, gadis itu hanya duduk sambil memandang ke luar jendela.
“Kelas ini pernah Kakak duduki saat kelas dua,” gumamnya dengan tatapan sedih. “Di mana Kakak sekarang? Ini sudah hampir setahun, Kak.”
Dia siswi SMA Pancadharma, kelas 2-A. Usianya enam belas tahun. Dia cukup antusias dengan hal-hal yang menarik perhatiannya, terutama tentang misteri.
Rambutnya tergerai hitam sepinggang dengan jepit bunga yang menyangkutkan poni kanannya. Matanya cokelat cerah dan lembut. Dia menyukai musik dan bisa menghafal lirik lagu baru dalam waktu singkat. Memecahkan misteri juga kegemarannya. Meskipun, dia terlihat bodoh karena kepolosannya, baginya itu bukan masalah. Namanya Raze Fialyra.
Suara sepatu mendekat ke bangku Raze. Dia lalu duduk di hadapan Raze. Potongan rambutnya pendek sebahu dan sedikit kecokelatan. Selaras dengan matanya yang cokelat gelap. “Raze, sedang apa?” sapa Tia ramah.
“Tidak sedang apa-apa. Hanya melihat pemandangan di luar sana,” jawab Raze polos. “Ada apa?”
Tia tersenyum lembut, “Kudengar kamu suka halhal berbau misteri. Apa itu benar?”
Mata Raze membulat, “Dari mana kamu tahu?”
“Dari matamu. Matamu tajam ketika mengamati apa pun di sekitarmu.”
“Tidak, kok,” ucap Raze malu-malu. “Tapi benar, sih, aku suka misteri.”
“Pas sekali. Aku punya satu misteri yang pasti membuatmu tertarik!” Tia merongoh saku seragamnya. Dia mengeluarkan secarik kertas. Raze menerima dan
Setelah membaca dan mencerna tulisan tersebut, Raze menarik sebuah kesimpulan, “Ini sebuah lagu.”
“Yap. Dan memiliki cerita misterius di baliknya.”
Raze mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan Tia. Dia memasang telinga baik-baik, menangkap setiap kata yang akan dilontarkan gadis itu.
“Ini terjadi sekitar satu tahun yang lalu,” mulai Tia. “Pada malam bulan purnama, ada lima remaja menemukan sebuah komidi putar di taman kota. Padahal, tidak pernah ada komidi putar di sana. Kabarnya, kelima remaja itu adalah siswa sekolah ini. Mereka hilang dan tidak pernah kembali. Menurut kesaksian mereka yang sering melewati taman, selalu terdengar suara dan nyanyian seperti dalam kertas itu. Tidak pernah ada yang tahu sumbernya. Tapi, sejak kejadian itu, ada sebelas remaja lain yang hilang di taman kota setiap bulan purnama. Remaja terakhir terlihat menaiki komidi putar lalu hilang entah ke mana.