“Pagi semua ...!” sapa Zera begitu sampai di ruang makan. Di sana, ada Papa, Mama, Kak Raihan, dan Raka yang telah lebih dulu sarapan.
“Pagi juga, Zer. Tumben hari ini kamu bangunnya telat! Semalam, tidur jam berapa?” tanya Raihan, Kakak sulung Zera.
“Biasa saja, Kak. Mungkin karena aku kecapean kali, ya?” Zera pun duduk di samping Kak Raihan, lalu mengambil selembar roti tawar dan mengoleskan selai stroberi.
“Oh ... jadi, rencananya kegiatan apa yang mau kalian lakukan hari ini?” tanya Mama.
“Jam sepuluh nanti ada latihan musik di studio teman, mungkin sampai siang. Kalau kamu, Zer?” papar Raihan.
“Aku ... sebenarnya enggak ada kegiatan pentingpenting banget, Ma. Palingan cuma beres-beres kamar sama rumah saja,” Zera tersenyum lalu melahap roti selai buatannya.
“Hmmm, kalau anak Mama yang satu ini punya rencana apa?” Mama mencubit pelan pipi kanan Raka.
“Aku mau jalan-jalan sama Kak Zera, Ma.”
Jawaban tersebut membuat Zera yang sedang minum susu tersedak. “Kak Zera kenapa? Jawabanku tadi salah, ya?” “Raka mau jalan-jalan ke mana sama Kak Zera?”
tanya Papa.
Raka mendelik ke arah Zera, lalu tersenyum. “Ke mana saja, Pa, yang penting sama Kakak.” Raka tersenyum sambil menggandeng tangan Zera dengan cara yang manja.
“Enggak boleh ikut, nih?” tanya Kak Raihan cemburu.
“Lho, katanya Kak Raihan ada latihan musik.” Raka kembali duduk di kursinya.
Mama dan Papa sambil tersenyum menatap Raka yang bersikap pengertian pada kakaknya.
“Kan, bisa agak siangan dikit. Setelah selesai latihan, baru Kakak jemput kalian di rumah, bagaimana?” Kak Raihan memberi saran.
“Bagaimana, Dik?” Zera memberikan kode melalui sorot matanya yang berbinar.
“Setujuuu ...,” Raka bersorak gembira.
***
Zera berusia tiga belas tahun, mempunyai nama lengkap Zera Alisya Ratu Primadiputri. Berambut panjang-hitam sepunggung, berkulit putih, anggun, serta wajah cantik. Hobinya baca buku, bermain basket, bermain sudoku, chekers, dan termasuk cewek yang senang berkhayal. Zera merupakan anak kedua keluarga Chandra Primadi, seorang pengusaha sukses yang dermawan. Dia mempunyai seorang kakak lelaki bernama Raihan Sakti Primadiputra dan seorang adik lelaki bernama Raka Satria Primadiputra.
Raihan gemar bernyanyi, bermain musik, menulis lagu, membaca novel, bermain basket, serta sepak bola. Usianya tujuh belas tahun. Dia gitaris grup band di sekolahnya. Selain memiliki suara khas, dia berwajah tampan serta imut. Berambut pendek, lurus dan agak cokelat, serta memiliki postur badan tinggi tegap, dan berhidung mancung.
Raka, tingginya mencapai bahu Zera, hidungnya mancung, dan bibirnya kecil nan imut. Berambut hitam, pendek, dan ikal seperti rambut Mamanya. Mempunyai hobi yang sama dengan kakaknya, bermain basket dan sepak bola. Selain itu, anak yang masih berusia sembilan tahun ini juga sangat gemar bermain sepeda, chekers, dan yoyo. Raka termasuk anak cerdas dan juga dikenal pandai menyimpan rahasia.
Raihan, Zera, dan Raka adalah tiga saudara yang sangat kompak dalam banyak hal. Saling menyayangi dan menghargai sehingga membuat mereka dekat.
Setengah jam kemudian, Kak Raihan keluar dari kamar dengan pakaian rapi dan bersih. Dia memakai jeans hitam dengan kaus warna biru, serta kaus kaki putih dengan alas berwarna hitam.
“Zera!” panggil Raihan saat menuruni anak tangga.
“Iya, Kak, ada apa?”
“Kamu lihat jam tangan Kakak, enggak?” Raihan memegang pergelangan tangan kanannya.
Zera berpikir tentang jam tangan warna hitam bercorak biru muda. Secara tidak sadar, dia menjentikkan jarinya sambil tersenyum gembira.
“Aha!”
“Bagaimana, Zer? Kamu lihat? Di mana?” Dengan cepat Raihan menuruni tangga menghampiri Zera.
“Eits! Janjinya apa dulu, nih?”
Kak Raihan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aduh ... Zera! Yang gitu saja pake pamrih, sih. Cepet, dong, kasih tahu. Kakak udah telat, nih,” gerutu Kak Raihan dengan muka cemberut.
Zera tertawa geli. “Hehehe ... sorry deh, Kak. Zera cuma bercanda, kok. Semalam aku sempat lihat arloji Kakak ada di kamar Raka, di atas meja belajarnya.”
Raihan menepuk jidat. “Oh, Kak Raihan lupa! Kemarin, waktu Kakak pulang dari studio, sempat istirahat sebentar di kamar dia. Thanks ya, Zer,” Kak Raihan segera naik dan memasuki kamar Raka.
Zera pun kembali ke ruang tengah, melanjutkan membersihkan dan merapikan barang-barang di ruang keluarga.
“Kak Zera, pernah lihat DVD game Transformers?” tanya Raka yang sedang asyik bermain Playstation.
“Enggak, Dik. Memangnya kenapa? Hilang, ya?”
“Iya, Kak. Udah seminggu aku cari-cari, tetep enggak ketemu.” Mimik wajah Raka berubah cemberut.
“Kalau Kakak temuin, nanti Kakak kasih ke kamu, ya,” hibur Zera.
“Oke, makasih ya, Kak,” senyum manis pun tercipta di bibir imut Raka.
Sepuluh menit berlalu ....
“Huh! Akhirnya pekerjaanku selesai juga,” Zera merebahkan diri di sofa oranye empuk di ruang tengah.
“Kakak capek, ya?” celetuk Raka setelah mem-pause games Guitar Hero-nya.
“Enggak, Dik, cuma lelah saja ...,” Zera terkikik dan mengelap keringat menggunakan handuk kecil.
Raka kembali memperlihatkan muka cemberut. “Sa-ma saja kali, Kak!”
“Hehehe, iya nih, Dik. Capek BANGET ...!” Zera menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan.
Tanpa berkata, Raka bangkit dan berlari ke belakang rumah. Memasuki dapur dan membuka kulkas. Dia mengambil dua botol softdrink favoritnya.
“Minum, deh, pasti seger,” Raka menyodorkan sebotol minuman berwarna pink.
“Wah, pinter banget! Kamu tahu saja apa yang Kakak butuhkan saat ini,” Zera kagum seraya menerima minuman.
“Iya dong, Kak. Raka, kan, jagoan!” Raka mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Kemudian dia pun meminum softdrink miliknya.