Kamu tahu tidak, persimpangan bisa menyimpan banyak hal aneh. Mungkin, sekadar tempat di mana ruas jalan bertemu satu sama lain. Namun, bisa saja suatu cerita pernah hidup di sana. Kita tidak pernah tahu bukan, peristiwa apa yang pernah direkam dan dimiliki sebuah persimpangan? Walaupun begitu, persimpangan tetap merupakan tempat yang tepat supaya kamu bisa memilih.
Kota Brooklyn cukup dekat dengan tempat seperti itu. Kota kecil dengan penduduk yang tidak terlalu banyak. Mereka hanyalah penduduk biasa dengan pekerjaan yang juga biasa. Berkebun, berdagang, beternak, berburu, bahkan memelihara kucing. Namun, ada hutan lebat di dekat persimpangan jalan setapak yang tidak akan dimasuki orang-orang. Mereka takut atau marah ketika seseorang bertanya tentang hutan lebat itu. Penduduk percaya, di sana pernah ada kejadian aneh yang tidak akan kamu mengerti. Tempat makhluk-makhluk aneh berkeliaran saat malam tiba. Membuat keluarga yang nekat tinggal di dalam hutan memilih menutup pintu dan jendela rumah rapat-rapat, membuat hutan itu menjadi sunyi.
Hal-hal aneh bisa saja terjadi di persimpangan. Jika kamu lahir di kota dekat persimpangan itu, kamu akan sering mendengar kisah misterius tentangnya atau mungkin mengalaminya sendiri.
Seperti hari ini, Jumat yang suram pada bulan Maret. Dua anak pengembara yang tersesat sedang duduk di atas kereta reyot yang ditarik seekor kuda. Salah satunya sedang memegang kertas bertuliskan TUAN GEORGE.
“Kak Key, berapa lama lagi kita akan seperti ini? Setiap orang yang kita tanya selalu pura-pura tidak tahu. Atau, setidaknya itu yang kurasakan. Apa betul Tuan George itu orang baik-baik?” Seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun berkata murung kepada kakaknya. Rambutnya yang seperti daun kering pada musim gugur bergerak-gerak ditiup angin.
“Hanya satu hal yang bisa kita lakukan,” balas sang kakak. “Kita harus membuktikannya sendiri.”
“Sebentar lagi, kita masuk hutan. Kuharap, kita tidak tersesat lagi. Aku capek dan kurasa kuda ini butuh makan.”
“Oh, Chris. Jangan begitu. Ingat pesan Ma dan Pa. Kita bukan anak yang pantang menyerah. Nanti, mereka sedih.”
“Tapi, sejak kemarin kita tidak kunjung sampai ke tempat yang kita cari. Lihat saja tempat ini, hutan semua. Apa kamu tidak takut tersesat terus-menerus?” jelas Chris murung.
Kemudian, seseorang datang dari balik rimbunnya pepohonan. Pria tua itu tampak lusuh dan kotor. Di belakang punggungnya terikat sebuah keranjang yang dipenuhi buah. Dia menatap kedua anak pengembara dengan heran. “Apa yang kalian lakukan di sini? Tempat ini tidak cocok bagi siapa pun, termasuk aku.”
“Lalu, mengapa Bapak memasuki hutan ini?” ujar Key mengernyitkan alis.
Dia berjalan mendekati dua anak pengembara. “Tidakkah kamu lihat apa yang kubawa di punggungku? Kalau bukan sesuatu yang penting, aku tidak akan re-pot-repot ke sini.”
“Tapi, Pak, kami sudah ditunggu Tuan George berhari-hari lalu. Apakah Bapak tahu di mana rumahnya?” tanya Key.
“Tuan George?” Dia tampak kaget. Lalu, dia melihat Key dari atas ke bawah. “Itu sama saja menyeret ternakmu ke sarang serigala!”
“Tapi, kami butuh orang itu, Pak,” belas Key. “Bapak hanya perlu memberi tahu di mana alamat rumahnya. Itu saja.”
Pria itu berjalan enggan. Meninggalkan dua anak pengembara berambut merah mencolok. “Rumahnya berada di balik hutan itu. Kusarankan kalian pulang saja kalau ingin aman. Tempat itu sangat berbahaya. Ada sesuatu yang aneh hidup di sana.”
“Terima kasih.”
Setelah mengucapkan itu, mereka kembali berjalan. Key tampak senang karena akhirnya ada yang memberi petunjuk. Namun, tidak untuk Chris. Mendengar perkataan pria tua lusuh tadi, hatinya menciut. Dia sedikit takut. “Apa Kakak yakin, ingin melanjutkan perjalanan? Kurasa, Bapak itu benar-benar serius.”
Key menghela napas panjang. Menatap adiknya. “Dia hanya menakuti kita saja karena kita orang baru. Lagian, makhluk aneh itu tidak ada, kok.”