"Open your ears, listen carefully. They are crying in the silent night."
Dari hari ke hari, kadar ketidaknormalan Madame Werquilla bertambah. Hari ini, dia memanggil tukang bangunan untuk memasang satu buah pintu lagi. Dia membagi dua buah pintu, pintu masuk dan pintu keluar. Aku tidak tahu apa tujuannya. Bagiku sama saja antara pintu masuk dan pintu keluar. Tidak ada bedanya. Dua benda itu sama-sama menghubungkan antara ruang satu dengan ruang yang lainnya. Lalu, apa istimewanya dengan memisah pintu keluar-masuk?
Kamu dan aku mungkin tidak tahu, tapi Madame Werquilla sudah tahu pasti. Malam ini, Madame Werquilla kembali melakukan aktivitas abnormalnya. Dengan membawa berbagai peralatan termasuk palu dan paku. Entah apa saja yang telah dilakukannya, namun dia membuat suara yang benar-benar berisik!
Sudah beberapa kali tetangga sekitar menegurnya, namun Madame Werquilla hanya menunjukkan senyum lebar dan melambaikan tangan pada mereka sambil berkata, “Hei, mau minum teh bersamaku? Aku punya beberapa kue kering!”
Dan, aku bisa mendengar mereka menggerutu, “Dasar wanita aneh ....”
Namun sepertinya, Madame Werquilla benar-benar tidak terganggu dengan itu semua. Barangkali seperti mendengar angin lalu saja. Sebetulnya, memiliki sifat masa-bodoh seperti Madame Werquilla ada untungnya juga. Tidak perlu mendengarkan apa kata orang kalau hanya berisi kicauan burung saja. Untuk apa susah-susah memikirkannya?
Sudah kuduga, pasti Madame Werquilla menciptakan sesuatu. Kupikir, Madame Werquilla patut diberi penghargaan Nobel. Dia selalu saja berhasil menemukan inovasi baru. Entah apa pun itu. Walau sedikit aneh, tapi apa salahnya memberi apresiasi?
Terakhir kali, dia membuat alat kipas-angin-pemecahkacang. Bisa kamu bayangkan? Kipas angin meja itu terhubung dengan alat-alat yang disambungkan dengan kabel, lalu terdapat tuas yang nantinya bisa memecah kacang. Saat kipas angin dalam keadaan hidup, saat itu juga pemecah kacang bekerja. Seperti alat two in one. Bisa kamu membayangkan betapa briliannya Madame Werquilla. Dia bisa duduk bersantai di musim panas, sambil melahap kacang tanpa perlu repot-repot mengupasnya. Tapi aku berani taruhan, dua hari setelah itu, wajah Madame Werquilla ditumbuhi bola-bola sebesar kacang. Sepertinya, kacang memberi efek besar pada jerawatnya. Dan sejak musim panas saat itu, dia tidak pernah menggunakan kipas-angin-pemecah-kacang itu lagi.
Mari kita lihat penemuan apa lagi yang dia buat. Pada pintu masuk, dia memasangkan sebuah tali di gagang lonceng. Jika seseorang masuk dan lonceng berbunyi, tali itu akan menegang. Di ujung tali terdapat semacam papan kayu dengan panjang sekitar 20 cm. Papan yang tadinya sejajar akan tertarik oleh tali dan membentuk sudut 30 derajat. Di hadapan papan itu, sudah terdapat bola tenis dan lintasannya. Bola itu akan meluncur dan nantinya akan terjatuh di ember. Lalu, bola lain akan mengisi tempat bola yang telah meluncur tadi. Bola-bola lain telah disiapkan. Jadi, secara otomatis, bola-bola lain, akan menggantikan bola-bola yang berhasil meluncur.
Lintasan bola itu panjangnya sekitar 1 meter dari atas rak-rak boneka. Dan setiap satu bola, menunjukkan setiap pelanggan yang datang pada hari itu. Ide yang cemerlang, bukan? Walau dia bisa menghitung secara manual, tapi alat itu benar-benar sesuatu yang asyik!
Madame Werquilla memang sudah tua, tapi sisi berpikirnya masih muda. Maksudku tidak pada semua sisi, tapi setidaknya dalam sisi penemuan-penemuan fantastisnya.
Esoknya, pagi-pagi sekali Madame Werquilla sudah siap. Dia membuka toko setengah jam lebih awal. Biasanya, dia membuka toko pada pukul 9 pagi, tapi kali ini jam baru menunjukkan pukul 8 lebih 30 menit.
Baru 5 menit, seorang ibu yang sedang lewat mampir ke toko.
Kling ... kling ...!
Aku mendengar suara lonceng berbunyi. Diikuti suara tali dan bola yang menggelinding. Drap! Bola jatuh tepat di ember. Madame Werquilla mendongakkan kepala ke atas untuk memastikan penemuannya benar-benar bekerja. Dan sepertinya, dia puas dengan hasil kerjanya semalam.
“Selamat datang di Wooley Dolley!” Sambut Madame Werquilla semangat sambil merentangkan tangan dan tersenyum lebar. Menunjukkan deretan gigi-giginya.
Sang Ibu tersenyum, namun Si Anak terlihat sedikit takut. Tidak dapat dimungkiri, keramahan Madame Werquilla bisa menepis perasaan buruk Si Anak. Kuakui, dia benarbenar pandai dalam hal berdagang dan promosi.
Dibalik sikap anehnya itu, ada sifat ramah yang disukai anak-anak. Dan sudah dapat dipastikan, setiap orang yang memasuki toko itu akan pulang dengan membawa tas plastik berisi boneka di dalamnya. Sudah kubilang, dia memiliki sihir tersendiri. Bukan sihir hitam, sulap, atau apa. Tapi, cara dan instingnya sebagai seorang penjual berpengalaman. Sepuluh tahun!
Walaupun Madame Werquilla sudah mendapat cap aneh, namun hal itu tidak menghentikan fakta tokonya —hampir—selalu ramai dikunjungi pengunjung. Dan seperti kukatakan tadi, seluruh pengunjung itu akan pulang dengan tas plastik di tangan mereka.
Seorang laki-laki berusia sekitar 60 tahunan membuka pintu, lalu terdengar bunyi lonceng. Bola ketujuh untuk hari ini sudah terjatuh ke dalam ember. Dan seperti biasanya, Madame Werquilla kembali merentangkan tangan dan menunjukkan senyum lebarnya sambil berkata,
“Selamat datang di Wooley Dolley!”
Di belakang laki-laki itu, terlihat wanita dengan dandanan agak mencolok. Atasan dan rok warna merah cerah. Topi bulu dan tas yang juga berwarna merah. Sepatu hak tinggi yang sudah bisa menebak, merah!
Wanita itu memasuki toko sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. “Ada yang bisa saya bantu?” Madame Werquilla membuka percakapan.
“Aku butuh sesuatu untuk dipajang di lemariku,” jawab wanita serbamerah yang masih mengedarkan pandangan.
“Ow ... sepertinya boneka porselen kelinci ini cocok untuk lemari Anda yang elegan atau figurine-figurine ini. Ada figurine-figurine tokoh terkenal, bahkan figurine Adolf Hitler ada di sini.” Madame Werquilla kembali mengoceh.
Tampaknya, wanita itu tidak tertarik. “Aku mau itu!” ucap Si Wanita, sambil menunjuk sebuah boneka porselen di kotak kaca. Chinara.
Madame Werquilla menunjukkan ekspresi khawatir. “Maaf, kami tidak menjual boneka itu.”
“Kenapa tidak? Aku mau itu.” Wanita itu tetap ngotot, matanya tertuju kepada Chinara.
“Sekali lagi maaf, Anda bisa memilih boneka yang lain. Tapi, tidak dengan boneka itu,” jelas Madame Werquilla.
“Kalau begitu, kenapa memajangnya di situ?” Wanita itu membenarkan letak kacamatanya. Alisnya terangkat sebelah. Menunjukkan sikap tidak puas.
“Kami memajangnya di sana untuk hiasan. Anda bisa lihat? Kami meletakkannya dalam kotak kaca. Dia istimewa.” Pintar sekali Madame Werquilla mengendalikan pembeli.
Wanita itu kembali membenarkan letak kacamatanya. Dan memutar pandangannya untuk kesekian kali. Setelah sekian kali melihat, menimbang, dan memilah, Si Wanita Merah Cerah menjatuhkan pilihannya pada sebuah boneka kayu kuno. Boneka jepang berkimono dan berambut panjang.
“Pilihan yang tepat sekali, Nyonya! Boneka ini sudah berusia sekitar 80 tahun. Dan, boneka ini asli peninggalan kekaisaran Jepang. Benar-benar pilihan bagus!” Madame Werquilla mengambil boneka dan mengemasnya menggunakan kardus, lalu memasukkan ke kantong plastik bertuliskan “Wooley Dolley”.
Wanita itu beranjak dari toko. Tapi, aku bisa merasakan suatu hal. Aku yakin, bukan roh murni di dalamnya. Sesuatu yang lain, aku yakin. Sejarah tidak akan membiarkannya menjadi boneka tidak berarti. Karena, sejarah lebih menarik dari apa yang kamu pikirkan. Melewati ruang dan waktu. Dan, suatu alur cerita yang tidak bisa kamu bayangkan sebelumnya!
Aku memandang mata boneka itu. Hitam dan lemah. Namun, bibir kayunya terangkat. Tersenyum padaku.