22 Januari 2008,
kediaman rumah Aditya, Jakarta
Pagi hadir menerangi seluruh kota Jakarta. Di sebuah rumah yang diterangi mentari pagi, seorang anak kecil tertidur pulas di atas ranjang tidurnya. Dinding kamar si anak yang tengah tertidur itu berwarna biru muda. Nama anak itu adalah Raditya Faisal. Saking pulasnya tidur Aditya, dia tidak menyadari dirinya telah terjatuh ke lantai, dan masih tetap terlelap.
Tak lama kemudian, dia merasakan seseorang menyentuh pipinya, namun tetap ia tidak peduli dan masih saja tertidur di lantai. Akibatnya, pipinya dicubit, dan sekali lagi Aditya tetap tak acuh. Mungkin karena dia tidak terjaga juga, akhirnya wajahnya ditampar begitu keras. Karena terkaget, dia pun terbangun. “Siapa yang menampar pipiku?” Katanya sambil memegang pipi.
“Kakak, bangun!” Seorang anak perempuan mungil segera melompat ke pangkuan Aditya.
“Ternyata Puti yang menampar pipi kakak,” Aditya mengangkat Puti ke atas, melayangkannya bagaikan Superman. Saking girangnya bermain dengan sang kakak, tanpa sadar Puti menendang keras wajah Aditya.
Ibu dan bapaknya mengintip dari balik pintu, tersenyum melihat tingkah laku kedua anaknya. Sang Ibu membuka pintu kamarnya, dan Aditya terkejut saat melihat ibunya memegang sebuah kue yang sudah dihiasi lilin. “ Selamat ulang tahun sayangku.”
“Asyik hari ini aku ulang tahun, ditemani pula oleh Bapak!” Girang Aditya.
Bapak pun menghampiri kedua anaknya, kemudian mengangkat keduanya ke atas pundak “Sekarang kamu sudah berumur tujuh tahun. Apa yang kamu inginkan untuk ulang tahun ini?”
“Keinginanku adalah bapak selalu ada bersama kami di rumah,” Aditya mengaminkan permintaanya.
“Hahaha, amin…” balas Bapak sambil menggelitik badan Aditya dengan hidung.
Setelah membuat permintaan, Ditya lekas meniup lilin. Puti tidak mau kalah, dia ikut meniup lilin bersama kakak yang ia sayangi. Setelah meniup lilin, ibunya segera mengatur kamera di tripod, dan mereka pun berfoto bersama di ranjang tidur Aditya. Menurut Ditya, ulang tahun ini sangat mengejutkan. Tidak disangka bapaknya dapat hadir saat dirinya berulang tahun. Memiliki profesi sebagai seorang polisi, Bapak Aditya harus siap siaga menjaga keamanan dari ancaman kriminal. Walaupun Aditya sering menganggap bapaknya adalah pahlawan kota, namun dirinya ingin sekali bapaknya selalu ada bersama ibu dan adiknya di rumah. Sayangnya tidak semudah itu sang Ayah meninggalkan tugas yang mulia tersebut. Dia harus belajar mengerti tugas dan profesi Bapaknya.
“Ditya, kamu kedatangan tamu spesial loh,” ibunya membelai rambut Aditya.
“Siapa Bu?”
“Kami Ditya!” Mendadak, dua anak laki-laki muncul di kamarnya. Ternyata yang datang adalah kedua sahabat baiknya.
“Bowo dan Mames!” Aditya lekas berlari dan memeluk kedua temannya.