Fantaziya World

Khairun Nisa
Chapter #1

Bimbim si boneka ajaib

"Happy Birthday, Honey. Semoga menjadi anak yang baik dan pintar ya, Sayang. Bunda menyayangimu," ucap Sarah kepada anak bungsunya, Nicholas, sembari memberikan sebuah kado besar yang dibungkus kertas berwarna merah dengan pita emas.

"Terima kasih, Bunda. Kado apa ini, Bunda?" tanya Nicholas dengan raut wajah bahagia dan penuh rasa ingin tahu.

"Coba saja kamu tebak, Sayang. Kau sangat mirip dengan Papamu," jawab Sarah sambil mencubit hidung Nicholas dengan penuh kasih sayang.

"Emang wajah Papa mirip Nich, ya, Bun?" tanya Nicholas penasaran. Wajar saja, sejak lahir ia tak pernah berjumpa dengan ayahnya. Menurut cerita tetangga, ayahnya pergi secara misterius meninggalkan mereka saat Nicholas masih dalam kandungan.

"Sudahlah, kita tak usah bahas dia. Bukankah hari ini hari bahagiamu, Sayang?" Sarah berusaha mengalihkan pembicaraan agar Nicholas tak menanyakan tentang ayahnya, yang keberadaannya pun tidak Sarah ketahui. Di balik itu, Sarah juga menyimpan kekecewaan pada lelaki yang telah meninggalkan mereka tanpa tanggung jawab. Nicholas hanya mengangguk, lalu mencium pipi Sarah sambil memeluknya erat.

"Hei, bayi besar! Kami punya sesuatu untukmu!" teriak seorang gadis kecil yang berdiri di depan kamar Nicholas bersama seorang anak laki-laki lebih tinggi di sebelahnya. Mereka adalah Isabella dan Daniel, saudara Nicholas.

Ibel dan Daniel segera mendekati Nicholas dan Sarah sambil membawa sebuah kado kecil berwarna biru tua, lalu menyerahkannya kepada Nicholas.

"Terima kasih, Kak Ibel dan Kak Daniel. Semoga aja ini bukan sabun mandi," ujar Nicholas mencoba mencairkan suasana.

"Ini lebih baik daripada sabun mandi, Nich," bisik Ibel dengan senyum cengengesan.

"Bahkan lebih besar dari sabun," sambung Daniel, membuat Nicholas semakin penasaran. Tanpa basa-basi, Nicholas segera membuka kado itu. Namun, sebelum selesai, terdengar suara dari pintu luar apartemen.

"Nicholas Evans, ada paket untukmu. Bukalah pintunya. Permisi!"

Sontak, Sarah segera menuju pintu untuk menemui pengantar paket. Anak-anaknya mengintip dengan rasa penasaran dari belakang sofa.


"Maaf, ini paket dari siapa ya?" tanya Sarah heran, karena setahunya jarang ada orang mengirim paket di malam hari.

"Oh, pasti Anda Nyonya Sarah Evans, ya? Saya ingin memberikan paket ini untuk Nicholas Evans di hari ulang tahunnya. Jangan tanya saya siapa yang mengirimnya, karena saya tidak tahu," jawab lelaki tua itu dengan senyuman lebar. Penampilannya mencurigakan dengan mantel hitam panjang dan topi lebar yang menutupi sebagian besar wajahnya.

"Maaf, saya tidak bisa menerima paket ini. Saya tidak kenal siapa yang memberikannya. Bisa saja ini bom atau sesuatu yang membahayakan. Saya tidak mau anak saya terluka." Saat Sarah ingin menutup pintu, lelaki itu menahan pintu dan raut wajahnya berubah serius.

"Saya serius, Nyonya. Anda tenang saja. Jika terjadi sesuatu pada Anda atau anak Anda, saya akan bertanggung jawab," ucap lelaki itu sambil menyodorkan paket besar dan kartu identitasnya, lalu pergi meninggalkan Sarah yang tampak bingung.

Sarah memperhatikan lelaki itu menuruni tangga hingga tak terlihat lagi. Dengan rasa ragu, ia membawa masuk paket tersebut dan menutup pintu. Namun, saat berbalik, ketiga anaknya sudah berdiri di depannya, memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu.

"Bun, itu apa?" tanya Nicholas sambil menarik paket besar dari tangan Sarah.

Sontak, Sarah kaget dan berusaha merebut kembali paket itu, tetapi Daniel dan Ibel malah membantu Nicholas hingga ia berhasil melarikan diri ke kamarnya.

"Kalian kenapa membantu Nich? Kita tidak tahu apa isinya!" ujar Sarah kesal.

"Tapi, Bunda, paman itu bilang paketnya aman, dan itu hadiah untuk Nich," ujar Daniel berharap ibunya mendengarkan.

Lihat selengkapnya