Farel

Vania
Chapter #3

Dia Ketua OSIS?

Farhan bukannya menunjukkan jalan untukku justru malah diam sambil menatapku. Kenapa lagi cowok ini?

"Hey ayok!" Aku menepuk pundak sebelah kiri Farhan.

"Kau lihat? Ruang kelas kita tinggal 5 langkah lagi, lihat?" Farhan menunjukkan ruang kelas yang tinggal beberapa langkah lagi di depan. Dan aku, sama sekali tidak menyadarinya.

"Cepat-cepat dihafal deh jalannya. Ntar, kesasar mulu."

Farhan mengatakan hal demikian namun, aku merasa ia menyindirku. Dari pada memikirkan anak itu lebih baik segera kucari dimana handphoneku tadi. 

"Kamu mau ambil apa?" tanyanya.

"Handphoneku," sahutku sembari membuka resleting tas milikku.

"Kamu bawa handphone ke sekolah?!" Farhan terlihat kaget dengan apa yang aku ucap barusan.

"Iyah. Memangnya kenapa?"

"Di sekolah ini punya larangan membawa handphone ke sekolah. Kamu seharusnya sudah tahu itu," ujarnya menjelaskan.

Apanya yang sudah tahu. Toh aku disini saja belum ada 1 hari. Bagaimana bisa tahu. Lagian di sekolah lamaku, kami diperbolehkan membawa handphone. Jadi, kalau disini dilarang, aku tidak tahu soal itu.

"Nah, dapat!" handphone bercase, 'kan warna merah terang menjadi ciri khasku.

"Sudah simpan saja di dalam tas, nanti terlihat guru!" Farhan masih mengoceh perihal ini.

Aku sedikit terganggu olehnya. Dia selain menyebalkan juga sangat berisik. Ini semua salah Ayah. Dia sudah memindahkanku di sekolah yang salah.

"Cepet! Trus kita balik ke kantin sekarang. Sebentar lagi, bel istirahat selesai," timpa Farhan lagi dan lagi.

Aku akhirnya malah mengikuti perintahnya. Kembali kumasukkan handphone yang sebenarnya ingin kubawa ke kantin malah berakhir kembali masuk ke dalam tas. Kalau tahu begini, buat apa aku capek-capek kembali ke kelas sampai-sampai menabrak murid lain. 

"Mana pesananku?" tanyaku pada Farhan.

"Yah di kantinlah Mala ...."

Aku bukan bego atau apa. Hanya ingin mengetes kesabaran si Farhan saja. Yah dari raut wajahnya memang terlihat tidak marah padaku setelah, kulontar, 'kan pertanyaan tadi.

"Farhan!!" panggil kembali temannya.

Aku dan Farhan kembali menghampiri tempat kami di kantin. Roti panggang manis yang sudah kupesan tadi terlihat lezat di atas meja itu. Aku segera duduk untuk menyantapnya. Hanya sekedar roti tapi terlihat begitu nikmat. Dari aromanya saja menggiurkan.

"Kamu makan roti saja? gak makan yang lain?" tanya temannya Farhan.

"Mungkin lagi diet," sahut ketus si Farhan.

Mendengar omongannya, aku lalu menantap sinis laki-laki itu. Dia pikir tubuhku yang sekarang terlihat gemuk? Aku jelas-jelas langsing bagus begini!

"Mala yang tahan, yah kalau temenan sama Farhan, dia emang menyebalkan orangnya." Ia mengatakan hal itu padaku dengan tersenyum. Aku sempat meleleh dibuatnya. 

Lihat selengkapnya