FARESH : The King of Balads

Silah Fauzun Akbar
Chapter #1

PROLOGUE

Balads, 475 M

 

Setelah kekuasaan Mesir terpecah belah, para keturunan raja dan selirnya mendirikan kerajaan-kerajaan di dataran Timur Tengah. Diantaranya adalah kerajaan Hiriyule, Rubbane, Alasad, dan Balads.

Kerajaan Hiriyule dipimpin oleh seorang raja bernama Asnaw El Ruth. Dia adalah raja tertua di antara keempat raja dari keempat kerajaan. Usianya menginjak 92 tahun. Raja Asnaw masih bertahta dan menunggu anaknya, Pangeran Hyurgi El Asnaw layak untuk menduduki tahta menggantikan dirinya.

Kerajaan Rubbane merupakan kerajaan yang dekat dengan laut merah. Selain menjadi kerajaan perniagaan terbaik di dataran Timur Tengah, Rubbane juga penghasil minyak terbaik. Kerajaan ni dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Saddah Hutha setelah sang raja meninggal dunia karena sakit yang dideritanya.

Kerajaan Alasad, kerajaan dengan militer terkuat ini dipimpin oleh seorang raja bernama Qowwatib El Ashr. Dia memiliki seorang putra yang sangat ambisius akan tahta dan haus akan darah peperangan, namanya adalah Pangeran Gursa El Qowwatib. Saat ini, konflik internal sedang terjadi di dalam kerajaan Alasad. Dimana sang pangeran berseteru dengan sang raja karena kebijakan yang diambil sang raja terasa bertentangan dengan ambisinya jika kelak ia menjadi raja. Kebijakan yang dimaksudkan adalah menjalin hubungan damai dengan seluruh kerajaan yang ada di dataran Timur Tengah. Sedangkan sang pangeran ingin menguasai seluruh kerajaan di dataran Timur Tengah.

Selanjutnya adalah Kerajaan Balads. Kerajaan yang dikenal paling tentram dan ramah ini dipimpin oleh seorang raja yang bijak dan agung bernama Zaheer El Huttabah. Pasukan kavaleri yang dimiliki Kerajaan Balads merupakan pasukan yang paling ditakuti oleh seluruh kerajaan di dataran Timur Tengah. Pasukan tersebut dipimpin oleh seorang panglima muda bernama Ayas Kubrani El Hadadi. Kerajaan Balads memiliki seorang putra mahkota bernama Pangeran Faresh El Zaheer dari ratu satu-satunya Kerajaan Balads yaitu Ratu Tuthsa Farani.

Sebagai pusat perekonomian terbesar, Kerajaan Balads ramai akan orang-orang dari luar kerajaan untuk menjalan bisnis perdagangan. Memang, Raja Zaheer menginginkan rakyat sejahtera dengan berdagang. Istana kerajaan pun terbuka untuk rakyat agar siapa saja bisa langusng menyampaikan aspirasinya terhadap Raja Zaheer. Sungguh raja yang bijaksana.

Siang itu, Raja Zaheer sedang menemani Pangeran Faresh berlatih di halaman pelatihan bersama panglima muda, Ayas Kubrani.

TING! TANG! TING! TANG! Pedang Pangeran Faresh dan Ayas Kubrani beradu. Pangeran Faresh yang kini berusia tujuhbelas tahun semakin lihai mengayunkan pedangnya. Bagainda Raja terkagum-kagum melihat bagaimana sang Putra Mahkota mengembangkan potensi diri.

“HYAAAA!!!” TRANG! Ayunan terakhir Pangeran Faresh berhasil membuat pedang Ayas terpental dari tangannya.

Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar dari sudut halaman. Pangeran Faresh dan Ayas Kubrani lekas memberi hormat kepada Baginda Raja Zaheer.

“Salam, Baginda.” Keduanya menundukkan badan.

“Salam. Berdirilah, Faresh, Ayas.”

Baginda Raja mendekap Pangeran Faresh. Kasih sayang seorang Ayah sangat terlihat pada wajahnya. Sementara Pangeran Faresh terkejut tiba-tiba sang Ayah mendekapnya dengan erat. Kemudian Baginda Raja melepaskan dekapannya sembari menepuk kedua pundak Pangeran Faresh.

“Sebagai seorang Raja, aku sangat kagum dengan peningkatan kemampuanmu dalam mengayunkan pedang. Ayas sudah melatihmu dengan baik selama ini, Pangeran Faresh.”

“Itu semua berkat kegigihan Pangeran dalam berlatih, Baginda.” Ujar Ayas Kubrani.

“Terimakash, Baginda.” Pangeran Faresh tertunduk hormat.

“Sebagai seorang Ayah, aku senang sekali melihat putraku tumbuh. Dulu kau sekecil ini, sekarang kau sudah hampir menyamai tinggi badanku. Waktu sangat cepat berlalu, Faresh.” Baginda Raja menggambarkan tinggi badan Pangeran Faresh yang kemudian mendekapnya kembali.

Dalam dekapannya kali ini, Baginda Raja berpesan, “Kelak, kau akan menjadi penggantiku. Memajukan Balads dan membawa perdamaian ke seluruh penjuru dunia. Balads akan semakin terkenal sebagai pelopor perdamaian dunia olehmu suatu hari nanti, Faresh putraku.”

“Terimakasih Ayah, akan aku usahakan segenap jiwa raga untuk menjunjung cita-cita mulia.” Faresh mendekapnya dengan erat.

Tiba-tiba, seorang prajurit pengawas menara istana datang dengan napas terengah-engah. Pelindung kepalanya saja sampai terlepas.

“Ba-Baginda. Ham-Hamba melapor!” Napasnya terengah-engah dan mencoba mengatur napasnya.

“Pelan-pelan. Ada apa?” Tanya Baginda Raja Zaheer.

Setelah agak teratur, dia mulai berbicara. “Dinding benteng lapisan pertama Almalik digempur oleh pasukan Alasad. Panglima Kehra sedang memimpin pertahanan serangan di dinding lapisan pertama Almalik.”

Lihat selengkapnya